Jumat, Desember 12, 2014

jawabanku ke 29 untuk para komentator di fbku. ( tentang keharusan shalat wajib di tanah bukan karpet )


 

Ada orang berkomentar dan insya Allah dia adalah muslim muda:
Ucapan Salaf tentang sholat di atas tikar:

قال عقبة عن حماد: رأيت في بيت ابراهيم النخعي حصيرا ققلت : أتسجد عليه؟ فقال : الارض أحب علي . وهذا منهما على جهة المبالغة في الخشوع لا أنهما يريان السجود على الخمرة غير جائز لانه صلى الله عليه وسلم قد صلى عليها

Sholat tanpa tikar boleh dan lebih di sukai oleh Ibrahim an Nakho'i karena lebih menambah kekhusyuan. Tetapi bukan berarti sholat/sujud diatas khumroh/sajadah gak boleh karena Rasulullah pernah melakukannya.....
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Terjemahannya yang pas  sbb:
Uqbah  dari Hammad berkata:
Aku melihat di rumah Ibrahim al nakhoi tikar. Aku berkata: Apakah kamu melakukan sujud padanya?
Dia menjawab: Saya lebih suka sujud ke bumi
Ada komentar : ( Karena si penanya tidak menunjukkan refrensinya, jadi saya  tidak tahu siapakah komentator itu):
Ini ( sujud  di tanah ) dari keduanya  lebih bisa membikin husyu` . Bukan keduanya berpendapat  tidak boleh bersujud pada  kumrah ( tikar untuk sajadah yang cukup untuk wajah ). Sebab Rasul SAW melakukan shalat  padanya.

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Jadi Syaikh Hammad dan Al Nakhoi masih mencintai sujud di tanah langsung dan di anggap lebih khusyu`.
Di situ dikatakan : Shalat  di sajadah  atau khumrah boleh tanpa dalil yang jelas. Bila dimaksudkan shalat  sunat, silahkan. Tapi kalau shalat  wajib, maka jelas ia sekedar pendapat tanpa dalil yang boleh dibuang  seagaimana perkataan :
Imam Syafii menyatakan :
إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي .
Bila ada hadis sahih, maka  lemparkan perkataanku ke tembok. Bila kamu lihat hujjah telah berada di jalan, maka  itulah perkataan ku 
 لاَ تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا .
Dalam masalah agama,jangan ikut orang – orang , sebab  mereka mungkin juga salah . 
Imam Malik berkata :
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
        Aku hanyalah manusia, terkadang pendapatku benar, di lain waktu kadang salah . Karena itu, cocokkan perkataanku ini dengan kitabullah dan hadis Rasulullah .
  Dalil shalat   sunat diatas sajadah atau khumrah telah saya terangkan kemarin sbb:
Maimunah istri Nabi  SAW  berkata :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى الْخُمْرَةِ *
Nabi  SAW  melakukan shalat  dan bersujud diatas tikar yang cukup untuk wajah Bukhori 381
 Ada orang berkata  :”  Shalat  diatas khumrah ( tikar kecil untuk wajah saja ketika sujud ) tersebut umum , shalat  sunat atau wajib “.
 Kita katakan , hadis tsb terpotong ,kita lihat aslinya sbb : Maimunah berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَأَنَا حِذَاءَهُ وَأَنَا حَائِضٌ وَرُبَّمَا أَصَابَنِي ثَوْبُهُ إِذَا سَجَدَ قَالَتْ وَكَانَ يُصَلِّي عَلَى الْخُمْرَة
Rasulullah SAW  menjalankan shalat  dan aku dimukanya  ,aku lagi mean.terkadang baju beliau menyentuh  aku bila bersujud .Beliau menjalankan shalat  dan bersujud diatas kain yang cukup untuk wajah ( atau tikar yang cukup untuk wajah ). Muttafaq alaih ,Bukhori 379

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Jadi untuk shalat  sunat, silahkan menggunakan sajadah sebagaimana  keterangan dalam hadis itu. Tapi untuk shalat  wajib, jangan. Sebab, dalilnya tidak ada.
Muslim muda menyatakan lagi:

Sudah banyak dalil/hujjah.....
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Tunjukkan mana dalil yang sahih bahwa Rasul SAW pernah melakukan shalat  wajib di atas sajadah. Jangan katakan sudah banyak dalil. Satu saja yang menyatakan Rasul SAW menjalankan shalat  wajib di sajadah sudah bisa merobah pendirian saya, apalagi banyak. Dalilnya paling untuk shalat  sunat. Jangan bermpimpi untuk merobah pendirian saya yang berlandaskan dalil yang sahih bisa dirobah dengan pendapat ulama  tanpa dalil. Tapi tunjukkan dalil yang sahih yang menentangnya, saya akan berobah untuk menghurmati dalil yang sahih dan menghinakan diri saya di hadapan dalil. Saya harus  tunduk merunduk pada dalil, saya ingat:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. An nur 51


Dia menulis lagi:

Sikap terhormat sebagai ahli ilmu adalah menanggapi dan inshof. Sekira di sana terdapat nasehat dan kebenaran maka ia harus mengikuti. Bukan terkesan memandang remeh dan ta'annut......

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Waktu saya ini terbatas sekali,  saya tidak punya banyak waktu untuk menjawabi tiap orang yang berkomentar di fb saya. Dan yang komen itu banyak sekali. Menanggapi satu orang saja makan banyak waktu, apalagi puluhan. Jadi solusinya, saya jawab dengan kolektif sebagai penghormatan saya pada mereka,tanpa meremehkan sedikitpun.
Dia menyatakan lagi:
Sekira di sana terdapat nasehat dan kebenaran maka ia harus mengikuti. Bukan terkesan memandang remeh dan ta'annut......

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Mana dalil yang menyatakan Rasul SAW pernah melakukan shalat  wajib di sajadah, sama  sekali belum ada yang menunjukkan, lalu saya disuruh mengikutinya.
Sama  sekali belum ada isarat kebenaran, adanya hanya  salah paham, dan kekeliruan belaka. Sebab , mau nya agar saya mengikutinya untuk melakukan shalat  di sajadah dan meninggalkan shalat  di tanah langsung dengan mengenakan sandal sebagaimana tuntunan yang ada bukan tontonan shalat  yang diada - adakan kali ini. Maunya saya disuruh  shalat  di sajadah terus sampai mati seperti dia, nauudzu billah, sunnah Rasul SAW di tinggalkan untuk mengambil kebid`ahan dalam shalat . Ingatlah hadis sbb:
فَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ لَمْ يَحْنِ أَحَدٌ مِنَّا ظَهْرَهُ حَتَّى يَضَعَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عليه وَسَلَّمَ جَبْهَتَهُ عَلَى الْأَرْض
 Bila  Rasulullah SAW   membaca  سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ  , maka seseorang diantara kami tidak akan menundukkan punggungnya hingga Nabi SAW  meletakkan  dahinya di atas tanah ( bukan sajadah, keramik atau karpet ) Bukhori 3172
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنِ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ قَامَ
Bila  bangun dari sujud kedua ,  Rasulullah SAW  duduk  lalu bersandar ke tanah (( bukan sajadah, keramik atau karpet )  dan berdiri. Bukhori  781

حَيْثُمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ وَالْأَرْضُ لَكَ مَسْجِدٌ *
 Dimana saja  kamu menjumpai waktu shalat  telah tiba , shalat lah dan bumi (( bukan sajadah, keramik atau karpet )  adalah tempat sujudmu Muttafaq alaih  , Bukhori 811

Ingat tempat sujud adalah tanah bukan karpet, sajadah atau tikar. Ikutilah shalat  Rasul SAW. Jangan sampai menyelisihinya.

Dia menyatakan lagi:
Sekira di sana terdapat nasehat dan kebenaran maka ia harus mengikuti. Bukan terkesan memandang remeh dan ta'annut......
Di sinilah letak keilmuan dan akhlak seseorang di uji.....

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Kan sudah saya katakan bahwa saya bisa menjawab persoalan teman  di fb ini secara kolektif saja, bukan di tanggapi satu persatu. Realitanya jadi debat kusir. Dan akan menguras banyak waktu.
Aneh sekali, saya yang berpegangan dalil di anggap keras kepala dan dia yang bersikokoh dengan pendapatnya tidak di anggap taannut juga. Saya akan pegang kebenaran yang berdalil ini sampai kapanpun. Bukan sekarang saja, tapi sampai mati. Saya akan tetap sujud di tanah sebagaimana  Rasul SAW dan para sahabatnya dalam menjalankan shalat  wajib sekalipun dipaksa banyak orang. Saya ingat ayat:
وَإِنْ كَادُوا لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإِذًا لَاتَّخَذُوكَ خَلِيلًا(73)وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا(74)إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا
Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia.Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami. Alisra` 74-76

Ibnu Taimiyah  berkata :
لِأَنَّ الْمَسْجِدَ لَمْ يَكُنْ مَفْرُوشًا بَلْ كَانُوا يُصَلُّونَ عَلَى الرَّمْلِ وَالْحَصَى وَكَانَ أَكْثَرَ الْأَوْقَاتِ يَسْجُدُ عَلَى الْأَرْضِ حَتَّى يَبِينَ الطِّينُ فِي جَبْهَتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا
……………. Karena masjid  nabawi tidak pakai karpet atau sajadah, tapi mereka  ( para sahabat ) menjalankan shalat  diatas pasir dan kerikil. Bahkan sering kali   Rasulullah SAW menjalankan  shalat  diatas  tanah  hingga  tampak tanah liat di dahi Rasulullah SAW  Majmuk fatawa libni Taimiyah  117/21

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan