Senin, April 08, 2013

CIIA: Demi investasi, Indonesia jual isu terorisme di forum APEC -



JAKARTA (Arrahmah.com) – Indonesia menjual isu terorisme di forum Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Hal ini terlihat dalam agenda “Counter Terrorism Task Force (CTTF)”. Kegiatan ini berbentuk  Senior Officers Meeting (SOM) II yang dihadiri pejabat setingkat Direktorat Jenderal dari 21 negara peserta APEC, Minggu (07/04).
“Terlihat sekali Indonesia ingin menjual isu kontraterorisme, dengan menempatkan isu ini menjadi topik awal pembicaraan di APEC,” Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya kepada itoday, Senin (08/04).
Menurut Harits, Indonesia ingin mendapat simpati dan keuntungan ekonomi lebih besar dengan asumsi telah mampu memastikan keamanan kawasan dari ancaman terorisme aktual maupun potensial.
“Investasi diharapkan mengalir deras dengan alasan hampir mampu menjamin 4 sektor utama yaitu perdagangan, travel, finansial dan infrastruktur dari ancaman terorisme. Dan berlebihan menganggap berhasil melakukan penegakkan hukum dengan meninggalkan pendekatkan militeristik,” ujar Harits.
Kata Harits, sejatinya ada kerancuan logika dan kontradiksi dengan fakta di lapanganPeristiwa Bom Bali memang betul dampaknya di sektor pariwisata dan ekonomi di Bali terpukul.
“Tapi di periode berikutnya tidak relevan jika aksi-aksi yang di sebut dan diklaim oleh BNPT ataupun Densus 88 sebagai tindakan “terorisme” betul-betul mengganggu sektor perdagangan, travel, finansial dan infrastruktur. “Terorisme” hari ini dan yang ditangani oleh pemerintah lebih sebagai label dari produk Politik kepentingan. Dan kelompok umat Islam yang dijadikan korban,” papar Harits.
Harits menegaskan, dunia mungkin bisa dibohongi, tapi tidak untuk umat Islam di negeri tercinta ini. Fakta penindakan hukum. Berapa banyak orang ditangkap hanya karena diduga teroris? Kemudian diadili dan dihukum.
“Berapa banyak orang mati dieksekusi oleh Densus88 hanya karena diduga teroris? Hari ini 700 orang lebih dalam kurungan menjadi korban hanya karena diduga dan terkait terorisme,” ungkap Harits.
Haris mencatat sudah 90 orang tewas di luar proses peradilan. Inikah yang dikatakan sukses dan bagus? Atau inikah yang dimaksud tidak militeristik? Ini sebuah cerita keberhasilan yang antagonis dengan fakta yang sesungguhnya terjadi.
“Jadi “terorisme” menjadi barang dagangan untuk kepentingan-kepentingan BNPT, Densus 88 untuk menggali banyak dana hibah dari luar negeri.Dan dijadikan barang dagangan untuk kepentingan investasi para kapitalis yang rakus dan dimediasi oleh pemerintah RI. Umat Islam yang jadi korban dengan isu teroris jadi tumbal kepentingan kapitalis,” pungkas Harits.
 (saif/itoday/arrahmah.com)
Komentarku ( Mahrus ali): 
Pada hakikatnya tujuan Densus 88 itu ingin menakuti umat Islam, menggembirakan orang – orang kafir. Maksudnya agar orang kafir aman  dinegri kaum muslimin ini sekalipun kaum muslimin merasa tertindas, mendapat diskriminasi di negri kaum kafirin. Maksud terpenting adalah mengabadikan negara  kufur ini untuk menginjak – injak hukum Allah  dan menjunjung hukum thaghut. Mereka yang melakukan sedemikian ini musuh Allah , kekasih setan dan disenangi oleh setan – setan manusia dan dibenci oleh orang – orang shalih. Ingatlah ayat Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ(118)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan