Sabtu, April 13, 2013

Bermadzhab wajib atau haram

Ust Luthfi Bashori menyatakan:

 Kaum muslimin Indonesia sebagai mayoritas penganut Sunni Syafi`i, sangat perlu melestarikan ajaran ulama salaf Ahlus sunnah, khususnya yang berasal dari ajaran para ulama bermadzhab Syafi`i.
yaitu tokoh sembilan ulama yang mengajarkan fiqih Islam menurut madzhab Syafi`i, untuk dilaksanakan sehari-hari oleh bangsa Indonesia.

Komentarku ( Mahrus ali ):

Bermadzhab sebetulnya barang baru dan secara kenyataan   pada masa  sahabat  tidak ada  madzhab  dan sebetulnya imam empat itu sendiri tidak mendirikan madzhab dan mereka juga mencabut segala perkataan dan pendapat mereka yang bertentangan dengan Al Quran dan hadis. Lalu untuk apakah berpegangan kepada ajaran madzhab bila memang  ajarannya yang keliru telah di cabut sendiri.
Lalu siapakah yang memerintah  anda untuk bersikukuh dengan madzhab syafii.
Imam Ahmad berkata:.
لاَ تُقَلِّدْنِي وَلاَ مَالِكًا وَلاَ الثَّوْرِيَّ وَلاَ الشَّافِعِيَّ ;
Jangan ikut kepadaku,atau Imam Malik, Tsauri atau Syafii

Ali ra  berkata:
مَا كُنْتُ لِأَدَعَ سُنَّةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِقَوْلِ أَحَدٍ *
Aku  tidak akan meninggalkan sunah Nabi  S.A.W.    karena  perkataan orang “. [1]
Imam Malik berkata:
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
        Aku hanyalah manusia, terkadang pendapatku benar, di lain waktu kadang salah. Karena itu, cocokkan perkataanku ini dengan kitabullah dan hadis Rasulullah.


Imam Syafii yang menyatakan:
إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي.
Bila ada hadis sahih, maka  lemparkan perkataanku ke tembok. Bila kamu lihat hujjah telah berada di jalan, maka  itulah perkataan ku
 لاَ تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا.
Dalam masalah agama,jangan ikut orang, sebab  mereka mungkin juga salah.

Jadi bertaklid kepada imam madzhab sendiri merupakan larangan pemilik madzhab itu dan secara kenyataan kiyai Madzhab syafii  tidak mau mengajarkan kepada santri – santrinya dengan ajaran madzhab Hambali, Hanafi atau Malik . Begitu juga sebaliknya   Akhirnya santri itu akan bersikukuh dan menyatakan bahwa  ajaran madzhab syafii benar dan yang lain di salahkan karena  dia  hanya sering mendengar ajaran Madzhab syafii  saja. Untuk ajaran madzhab lainnya,  tidak pernah di dengar.
Banyak terjadi klaim bahwa  pengikut madzhab hanafi menyatakan hanya  ajaran madzhab hanafi yang benar sedang lainnya keliru, begitu juga pengikut madzhab  syafii.
Saya hawatir bermadzhab itu salah satu pemecah umat Islam. Dan tokoh – tokoh madzhab adalah tokoh pemecah > Tanpa  madzhab adalah langkah tepat untuk pemurnian ajaran Islam dan akan mampu mempersatukan  berbagai golongan.
Saya  hawatir bermadzhab itu termasuk ayat:

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.[2]


Ada orang berkata;

Menurut Abu Hasan Alkayya, bermazhab ini hukumnya wajib bagi:
1. Orang awam
2. Ulama/ahli fiqih yang belum mencapai derajat mujtahid.

Mengapa bermazhab itu wajib ? Karena jika diperbolehkan untuk tidak bermazhab atau bermazhab tapi mengambil mazhab sana sini (talfiq), maka pasti kaum muslimin akan mengambil aturan-aturan yang ringan dan mudah saja dan hal ini akan membawa akibat lepasnya tuntutan taklif.

Komentarku ( Mahrus ali): 
Mana dalil yang mewajibkan madzhab, ternyata tidak ada, lalu bagaimana bisa dikatakan wajib.Bagaimanakah kalau menurut dalil malah tidak diperkenankan dan harus dihilangkan atau haram diikuti. Ikuti saja ayat ini:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ(105)
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, ali imran

Anda menyatakan lagi;
Karena jika diperbolehkan untuk tidak bermazhab atau bermazhab tapi mengambil mazhab sana sini (talfiq), maka pasti kaum muslimin akan mengambil aturan-aturan yang ringan dan mudah saja dan hal ini akan membawa akibat lepasnya tuntutan taklif.

Komentarku ( Mahrus ali): 
Apa yang anda katakan adalah keluar dari pemikiran yang tidak terkontrol, karena kalimat seperti itu hanyalah khurofat belaka, rekayasa akal busuk bukan baik yang harum, sangat menyesatkan bukan mengarahkan ke jalan yang lurus.
Kita ambil contoh saja dari kalangan orang – orang salafy, Muhammadiyah yang suka mengacu kepada al Quran dan hadis, tidak berani mengambil pendapat yang ringan sebagaimana yang anda terangkan.Mereka tidak mengambil yang ringan atau yang berat. Itu hal tidak penting dan yang penting adalah mengikuti dalil  atau yang cocok dengan dalil. Baik berat atau ringan. Ingat firmanNya:
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ(13)
(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Nisa`


Bermadzhab membikin perpecahan, bisa menumbuhkan fanatisme yang sulit dihilangkan, mudah dikobarkan fanatisme itu, lalu terjadilah perpecahan yang sulit dipersatukan lagi.Ingatlah firmanNya:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(103)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Ali imran

 Allah tidak suka kepada Taklid dalam ayat sbb:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ(21)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? Lukman

Di ayat lain , Allah menyatakan:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ ءَابَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ(170)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?"Baqarah
وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ(23)
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka." Zukhruf
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ ءَابَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ(104)
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? Maidah

  Ayat tsb menunjukkan harus mengikuti al Quran atau hadis dan kekeliruan dan kesesatan Taklid atau mengikuti budaya atau ajaran leluhur atau madzhab.

Ada ayat lagi sbb:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
               Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui dalilnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. ( Al isra` 36 ).
  Allah memerintah agar mengikuti sesuatu yang berdalil sedang taklid adalah ikut tanpa tahu dalilnya, ikut tanpa dalilpun diikuti. Ikut total kepada seseorang tidak bileh. Dan ini sangat berbahaya bukan menyelamatkan.
Allah berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ(33)
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". Al a`raf
 Ayat itu menyatakan  agar mengikuti ayat al quran , taat kepada Allah dan jangan sampai berkata sesuatu kepada Allah tanpa dalil.
Allah berfurman lagi:
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ(3)
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).al a`raf

Ayat tsb memerintahkan agar mengikuti ayat al Quran dan seorang yang bertaklid tidak bisa mengetahuinya.
Di ayat lain, Allah menyatakan:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا(59)
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Nisa`

Bila ada perselisihan maka tidak boleh dikembalikan kepada pendapat ulama, tapi harus kepada ayat Quran dan hadis. Hal ini juga melarang taklid buta kepada ulama bukan taklid atas dasar ilmu atau dalil.

Ada ayat lagi:
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تُتْرَكُوا وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَا رَسُولِهِ وَلَا الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ(16)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tobat

Dan tiada teman setia yang lebih berbahaya  dari pada orang yang menjadikan imam madzhabnya melebihi Allah dan rasulNya dan seluruh kaum mukminin.
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا(66)
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul".al ahzab.

Ayat tsb jelas menunjukkan taklid adalah keliru. Karen ayat itu menyatakan kegelisahaan orang – orang yang tidak taat kepada Allah dan rasulNya.
Ada orang yang bilang: Ini adalah untuk orang kafir.
Saya katakan: Kegelisahan  itu juga di alami oleh orang mukmin dan kafir yang tidak taat kepada Allah dan RasulNya. Jadi hal terpenting adalah taat kepada Allah dan RasulNya.
قَالَ أَبُو عُمَرَ فِي الْجَامِعِ: بَآبُ فَسَادِ التَّقْلِيْدِ وَنَفْيِهِ ، وَالْفَرْقُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اْلإِتِّبَاعِ ، قَوْلُ أَبُوْ عُمَرَ: قَدْ ذَمَّ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى التَّقْلِيْدِ فِي غَيْرِ مَوْضِعٍ مِنْ كِتَآبِهِ فَقَالَ: { اِتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَآنَهُم أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ } } رُوِيَ عَنْ حُذَيْفَةَ وَغَيْرِهِ قَالَ: لَمْ يَعْبُدُوْهُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ ، وَلَكِنَّهُمْ أَحَلُّوا لَهُمْ وَحَرَّمُوا عَلَيْهِمْ فَاتّبَعُوْهُمْ.
Abu Umar berkata dalam kitab al Jami`: Bab kerusakan taklid dan meniadakannya.  Perbedaan antara Taklid dan ittiba`- perkataan Abu Umar: Allah  tabaraka wataala telah mencela  taklid dibeberapa tempat dalam kitabNya, lalu Dia berfirman:

اِتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَآنَهُم أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ
Mereka membikin pendeta dan rahib- rahibnya   sebagai Tuhan selain Allah.
Diriwayatkan dari Hudzaifah dll. Rasul bersabda; Mereka tidak menyembah mereka  selain Allah. Tapi bila mereka menghalalkan atau mengharamkan  lalu diikuti.
Asal hadis tsb sbb:
Adi bin Hatim berkata:.
 أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ  وَسَلَّمَ وَفِي عُنُقِي صَلِيبٌ مِنْ ذَهَبٍ فَقَالَ يَا عَدِيُّ اطْرَحْ عَنْكَ هَذَا الْوَثَنَ وَسَمِعْتُهُ يَقْرَأُ فِي سُورَةِ بَرَاءَةٌ ( اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ) قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ لَمْ يَكُونُوا يَعْبُدُونَهُمْ وَلَكِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا أَحَلُّوا لَهُمْ شَيْئًا اسْتَحَلُّوهُ وَإِذَا حَرَّمُوا عَلَيْهِمْ شَيْئًا حَرَّمُوهُ
Aku datang kepada Nabi SAW dan salib emas di leherku .
 Beliau bersabda:  Wahai Adi  buanglah berhala ini.
Aku mendengar beliau membaca ayat dalam surat Baroah:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ(31)
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Abu Isa berkata:
 قَالَ أَبو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لاَ نَعْرِفُهُ إِلاَّ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ السَّلاَمِ بْنِ حَرْبٍ وَغُطَيْفُ بْنُ أَعْيَنَ لَيْسَ بِمَعْرُوفٍ فِي الْحَدِيثِ * 
Abu Isa  berkata: Ini hadis gharib  dan aku tidak mengetahuinya  kecuali dari hadis Abd Salam bin hareb dan Ghutaif bin A`yan tidak terkenal dalam hadis 

Komentarku ( Mahrus ali): 
السِّلْسلَةُ الصَّحِيحَةُ -( ج 1 / ص 180 )
الطَّائِفَةُ الثَّانِيَةُ: و هُمْ الْمُقَلِّدَةُ الَّذِينَ يُؤْثِرُونَ اِتِّبَاعَ كَلاَمِ الْمَذْهَبِ عَلَى كَلاَمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيه وَسَلَّمَ ، مَعَ وُضُوحِ مَا يُؤْخَذُ مِنْه ، فَإِذَا قِيلَ لِأحَدِهِمْ مَثَلًا: لَا تُصَلِّ سُنَّةَ الْفَجْرِ بَعْدَ أَنْ أُقِيمَتْ الصَّلاَةُ لِنَهْي النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيه وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ صَرَاحَةً لَمْ يُطِعْ و قَالَ الْمَذْهَبُ: يُجِيزُ ذَلِكَ ، و إِذَا قِيلَ لَهُ: إِنَّ نِكَاحَ التَّحْلِيلِ بَاطِلٌ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيه وَسَلَّمَ لَعَنَ فَاعِلَهُ ، أَجَابَكَ بِقَوْلِهِ: لَا بَلْ هُوَ جَائِزٌ فِي الْمَذْهَبِ الْفُلاَنِيِ ! وَهَكَذَا إِلَى مئات الْمَسَائِلَ ، و لِهَذَا ذَهَبَ كَثِيرٌ مِنَ الْمُحَقِّقِينَ إِلَى أَنَّ أَمْثَالَ هَؤُلَاءِ الْمُقَلِّدِينَ يَنْطَبِقُ عَلَيْهِمْ قَوْلُ اللهِ تَبَارَكَ و تَعَالَى فِي النَّصَارَى ( اِتَّخَذُوا أَحْبارَهُمْ و رُهْبَانَهُمْ أَرَبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ ) كَمَا بَيَّنَ ذَلِكَ الْفَخْرُ الرّازِيُّ فِي " تَفْسِيرِهِ ".
Golongan ke tiga. Yaitu orang – orang yang bertaklid yang mendahulukan perkataan madzhab dari pada perkataan Nabi SAW yang jelas.
Umpamanya,bila dikatakan kepada salah seorang dari mereka: Jangan melakukan salat sunat fajar setelah salat didirikan, karena Nabi SAW melarangnya. Dia tidak akan taat, lalu bilang: Madzhab kami memperbolehkannya.
Bila dikatakan kepadanya: Nikah tahlil tidak sah, karena Nabi SAW melaknat orang yang menjalankannya. Dia akan menjawab: Tidak , ia diperkenankan menurut madzhab fulan. Demikianlah sampai ratusan masalah.
Karena itu sebagaian ahli tahkik bahwa perumpamaan orang – orang sedemikian ini cocok dengan firman Allah tabaraka wataala tentang kaum Nasrani:
اتخذوا أحبارهم و رهبانهم أربابا من دون الله
Mereka mengkat pendeta dan rahib – rahibnya sebagai Tuhan – tuhan selain Allah. ……………….. sebagaimana dijelaskan oleh al fahr arrazi  dalam tafsirnya.

Allah berfirman lagi;
وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ(23)
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka." Zukhruf.
قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُمْ بِأَهْدَى مِمَّا وَجَدْتُمْ عَلَيْهِ ءَابَاءَكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ(24)
(Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya."  Zukhruf
Komentarku ( Mahrus ali): 
Karena taklid kepada nenek moyang lalu masuk ke jaringan kesesatan dan tidak mau keluar daripadanya menuju kebenaran. Meski para Rasul membawa  ajaran yang lebih baik tetap ditolak, dan mereka  menerima kesesatan dari nenek dan kakeknya.

Allah berfirman;
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ(166)وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ(167)
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka. Baqarah.

Komentarku ( Mahrus ali): 
Para orang – orang yang diikuti ternyata lepas diri, tidak bertanggung jawab terhadap pengikut – pengikutnya ketika mereka  berhadapan dengan penderitaan dan siksaan didalam Neraka. Hal ini tiada lain karena mereka sewaktu hidupnya tidak mengikiuti ayat al quran secara langsung atau hadis, Rasakan akibat taklid buta bukan taklid yang ilmiyah.

Allah berfirman:
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ(52)قَالُوا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ(53)
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?"
Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". Al anbiya`
ومثل هذا في القرآن كثير من ذم تقليد الآباء والرؤساء ، وقد احتج العلماء بهذه الآيات في إبطال التقليد ولم يمنعهم كفر أولئك من الاحتجاج بها ; لأن التشبيه لم يقع من جهة كفر أحدهما وإيمان الآخر ، وإنما وقع التشبيه بين المقلدين بغير حجة للمقلد ، كما لو قلد رجلا فكفر وقلد آخر فأذنب وقلد آخر في مسألة فأخطأ وجهها كان كل واحد ملوما على التقليد بغير حجة ; لأن كل ذلك تقليد يشبه بعضه بعضا وإن اختلفت الآثام فيه
Hal sedemikian dalam al Quran banyak sekali – yaitu mencela  taklid nenek  moyang dan  para pemimpin. Para ulama telah berpegangan dengan ayat  - ayat tadi untuk  menyatakan keliru taklid. Mereka  berpegangan kepada ayat – ayat itu  sekalipun  ayat – ayat itu untuk orang – orang kafir.
Subhatnya disini bukan dari segi mereka kafir atau yang lain iman. Tapi subhat  disini terjadi antara  orang – orang yang bertaklid tanpa hujjah  sebagaimana  orang bertakli kepada orang lain lalu kafir, atau bertaklid kepada orang lain lalu berdosa  atau bertaklid kepada orang lain lalu keliru. Masing – masing ini tercela karena  bertaklid tanpa hujjah. Sebab masing – masing adalah taklid satu sama lainnya   termasuk serupa sekalipun berbeda dosa – dosanya.

 Bila taklid telah dinyatakan keliru maka harus kembali  kepada al Quran dan hadis. [1]



[1] http://hanein.info/vb/showthread.php?t=274225

Artikel Terkait

3 komentar:

  1. Jaka Sembung Naik Becak, Jawabane,,, Gak Nyambung Caaaaaak!!!

    Sunni : Rohmatal Lil Alamin...
    Wahhabi : Madhorot Lil Alamin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang mana ? Tunjukkan. Mungkin kamu yang tidak paham

      Hapus
  2. Bismillah,
    Sungguh artikel yang ilmiyyah, semuanya berdasarkan dalil.
    Barang siapa yang mau merenungkan artikel tersebut insyaAlloh faham akan bahayanya taklid, tetapi apabila sudah memuja-muja kepada kelompok dan tokoh tertentu, sungguh sangat sulit menerima artikel tersebut.
    Menurut saya siapa saja boleh meng kritik artikel tersebut dengan catatan yang ILMIYYAH, disertakan dalil, dan bukan karena dengan nafsu.
    Teruslah berdakwah untuk menyuarakan kebenaran Ustadz Mahrus, Barokallohu fikum.

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan