Minggu, April 07, 2013

Banyak greja dibeli kaum muslimin di Amirika dan Inggris

Karena pengikutnya makin lama makin berkurang, banyak gereja di Inggris yang dijual. Gereja Katolik Roma, misalnya, yang pada tahun 1998 memiliki 1.217.800 orang, akan tetapi pada tahun 2005 jumlahnya turun menjadi 875.600 orang
(SurauNet): Banyaknya jumlah gereja yang terjual dan kosong di Inggris, disebabkan banyaknya warga Inggris yang enggan melakukan peribadatan.

Untuk tahun 2007 saja, tercatat hanya 10 persen penduduk negara itu yang berangkat ke gereja tiap pekannya. Sedangkan 15 persen pergi ke gereja tiap bulannya.

Adapun penduduk yang beribadah setahun sekali di gereja mencapai 26 persen. Dan mereka yang tidak pernah ke gereja sama sekali sudah mencapai 59 persen, sebagaimana hasil riset Tearfund (3/4/2007).

Penurunan anggota jumlah jama�ah beberapa komunitas Kristen, semakin lama-semakin meningkat tajam.

Gereja Katolik Roma, yang pada tahun 1998 memiliki 1.217.800 orang, akan tetapi pada tahun 2005 jumlahnya turun menjadi 875.600 orang, artinya komunitas ini telah kehilangan 49 persen pengikutnya.

Hal yang sama dialami komunitas Metodis, yang pada tahun yang sama telah kehilangan 44 persen pengikut.

Dan yang paling parah adalah kondisi Serikat Gereja Reformasi, yang telah kehilangan 53 persen anggotanya, sejak tahun 2005, sesuai data hasil sensus gereja Inggris pada tahun 2005, yang dilansir National Secular Society (14/9/2007).

Antara tahun 1990 hingga 2001, seluruh gereja Inggris kehilangan 18 persen jama�ah pekanan, 17 persen rohaniawan, dan 1 persen dari bangunan yang mereka miliki.

Dampaknya, sumbangan yang masuk ke kantong gereja berkurang hingga 3,5 milyar pound sterling, sebagaimana dilansir The Economist (8/4/2003).

Yang menyedihkan, bukan hanya sepi pengunjung saja, beberapa gereja juga ikut terjual.

Di penghujung tahun 2007, boleh dikata sebagai tahun menyedihkan bagi para penganut Katolik yang bermukim di Bufallo, New York.

Pasalnya, mereka tak bisa melakukan ibadah lagi di Queen of Peace, sebuah gereja besar nan ekstotik yang berdiri di jalan Genesee 1955.

Hal itu disebabkan karena gereja yang telah dibangun tahun 1920 itu segera ditutup di akhir 2007, karena akan dijual!

Sebelumnya, hiasan-hiasan gereja sudah terlebih dahulu dijual ke sebuah gereja paroki Katolik di Colorado.

Sedangkan sebagian besar bangku-bangku telah dibersihkan dan simbol-simbol Kristen telah dihapus.

Sebegaimana dilansir oleh The Bufallo News (18/4/2009) Penjualan gereja yang dirancang oleh arsitek ternama George Dietel itu digunakan untuk melunasi hutang gereja-gereja lainnya, serta hutang keuskupan atas pemeliharaan dan perbaikan-perbaikan segala properti yang dimilikinya.

Sebenarnya ada 4 pihak yang melakukan penawaran, akan tetapi transaksi akhirnya jatuh ke tangan Yayasan Darul Hikmah dengan harga 300 ribu dolar, atau senilai 2,8 milyar rupiah.

Rencananya area gedung dengan luas tanah 15.875 kaki persegi dan sekolah dengan luas tanah 13.338 kaki persegi itu akan digunakan sebagai masjid dan pusat kegiatan para pemuda Muslim, yang bakal menyemarakkan aktivitas umat Islam New York, yang sebelumnya telah memiliki 9 masjid.

Gereja yang telah terjual sebenarnya bukan hanya Queen of Peace saja.

Ia merupakan gereja Katolik kedelapan yang sudah terjual di Bufallo, semenjak tahun 2006. Dan Keuskupan masih juga berusaha untuk menjual 30 properti lainnya, 7 diantaranya gedung yang berada di kota itu.

Beberapa gereja Amerika lainnya, ada juga yang memiliki nasib serupa dengan Queen of Peace. Yakni, sengaja dijual, untuk menutupi kekurangan dana yang melanda komunitas gereja. Adalah gereja St. Matthew, sebuah gereja yang berlokasi di Indian Orchard juga dijual.

Sebelumnya, gereja yang telah berusia 140 tahun lebih itu telah dipromosikan selama lebih dari satu tahun.

Gereja yang dibangun sejak tahun 1864 itu dibeli oleh Komunitas Islam Turki-Amerika, dengan harga 150 ribu dolar, atau sekitar 1,4 milyar rupiah. Dan pada bulan Oktober 2006, kepemilikan bangunan itu sudah resmi berpindah ke komunitas tersebut.

Pada awalnya, gereja tua itu dijadikan tempat ibadah para imigran Irlandia yang sebagian besar bekerja di pabrik-pabrik Indian Orchard dan Ludlow.

Kegiatan di gereja itu sempat aktif selama beberapa tahun, kemudian didirikanlah Paroki St Matthew pada tahun 1879.

Komunitas Islam Turki-Amerika menginginkan bangunan tua itu, karena keanggotaan komunitas ini sudah mencapai 80 keluarga, sehingga mereka memerlukan tempat ibadah sendiri.

Dan kemungkinan, tidak hanya anggota Komunitas Islam Turki-Amerika yang bakal meramaikan kegiatan ibadah di tempat itu, tapi komunitas Meshkitian Turki juga ikut bergabung. Mereka merupakan pengungsi dari bekas Republik Soviet Georgia.

Mereka mulai menetap di wilayah itu setahun yang lalu. Demikian lansiran dari Catholic News (12/7/2006).

Nasib gereja Utica, juga nyaris sama dengan dua gereja di atas.

Sebagaimana diberitakan oleh uticaod.com (28/3/2008), bangunan yang beralamat di 306 Court Street, yang lengkap dengan menara itu telah dinego, oleh Bosnia Islamic Assocation of Utica (Komunitas Islam Bosnia Utica) sejak Maret 2008 lalu.

Mereka telah menemui Walikota David Roefaro, guna membahas kemungkinan penjualan bangunan bekas gereja yang dulu dimiliki oleh United Methodist Church (Persatuan Gereja Metodis) itu.

Penawaran itu disambut posistif oleh walikota, karena sejak bangunan itu beralih tangan ke pemerintah kota, tidak ada satu pihak pun yang berminat untuk membelinya. Bahkan pada tahun 2006 tagihan air sebanyak 208 dolar pun belum dibayar.

Sedangkan untuk menghancurkannya, juga memerlukan biaya tidak sedikit, yakni membutuhkan biaya kurang lebih satu juta dolar.

Jika penjualan itu disetujui oleh Dewan Umum, maka di Utica akan hadir satu-satunya masjid bermenara, yang mampu menampung 600 jamaah.

Padahal di akhir tahun 2008 Bosnia Islamic Assocation of Utica yang mayoritas anggotanya adalah pengungsi itu telah membangun masjid di kawasan Albany Street dan Maria Street.

Setelah sebelumnya mereka beribadah di masjid yang didirikan oleh Muslim Community Association (Perkumpulan Komunitas Muslim) di Kemble Street.

Sumber:http://surau.net/blognews


Komentarku ( Mahrus ali): 
Banyak greja dan tidak sedikit  dijual kepada kaum muslimin, saya juga belum mendengar masjid dijual kepada kaum kristiani. Hal ini menunjukkan banyak orang bukan sedikit dari kristiani yang sudah malas beribadah sesuai dengan kebaktian mereka, lalu pindah menjadi orang yang mementingkan diri sendiri dan tak peduli kepada Tuhan. Ada juga yang masuk Islam dan keluar total dari Kristen. Mereka sudah malas sama sekali tiada gairah dengan ajaran kristen karena tidak uptodate lagi dengan masa sekarang dan dianggap tidak rasional lagi, hanya sekedar ritual yang landasannya taklid buta atau kebodohan. Hal itu karena ajaran Kristen yang ada bukan ajaran Tuhan tapi sudah dirobah, dikurangi, di tambah oleh paulus atau pendetanya. Akhirnya menjemukan. Tapi ajaran Al quran masih tetap eksis, bergairah dan banyak pengagumnya atau pengikutnya bertambah di negara maju bukan berkurang.
Saya ingat ayat:


يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ(8)
Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Shaf
 

 
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan