Selasa, Oktober 30, 2012

Kena penyakit sexual karena memeraktekkan ajaran Syi`ah



Kisah Seorang Wanita Pengikut Syiah di kota Bandung,

Kasus wanita berjilbab dari Wisma Fatimah di Jl. Alex Kawilarang 63 Bandung Jawa Barat yang mengidap penyakit kotor gonorhe (kencing nanah) akibat nikah mut’ah. Seperti dilaporkan oleh LPPI yang berkasnya disampaikan ke Kejaksaan Agung dan seluruh gubernur, mengutip ASA (Assabiqunal Awwalun) edisi 5, 1411H, hal. 44-47 dengan judul “ Pasien Terakhir “,  seperti yang dimuat buku Mengapa Menolak Syi’ah halaman 270-273.
Berikut ini kisah selengkapnya:
Untuk kedua kalinya wanita itu pergi ke dokter Hanung, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin dikota Bandung. Sore itu ia datang sambil membawa hasil laboratorium seperti yang diperintahkan dokter dua hari sebelumnya. Sudah beberapa Minggu dia mengeluh merasa sakit pada waktu buang air kecil (drysuria) serta mengeluarkan cairan yang berlebihan dari vagina (vaginal discharge).~
Sore itu suasana di rumah dokter penuh dengan pasien. Seorang anak tampak menangis kesakitan karena luka dikakinya, kayaknya dia menderita Pioderma. Disebelahnya duduk seorang ibu yang sesekali menggaruk badannya karena gatal. Diujung kursi tampak seorang remaja putri melamun, merenungkan acne vulgaris (jerawat) yang ia alami.
Ketika wanita itu datang ia mendapat nomor terakhir. Ditunggunya  satu persatu pasien berobat sampai tiba gilirannya. Ketika gilirannya tiba, dengan mengucapkan salam dia memasuki kamar periksa dokter Hanung. Kamar periksa itu cukup luas dan rapi. Sebuah tempat tidur pasien dengan penutup warna putih. Sebuah meja dokter yang bersih. Dipojok ruang sebuah wastafel untuk mencuci tangan setelah memeriksa pasien serta kotak yang berisi obat-obatan.
Sejenak dokter Hanung menatap pasiennya. Tidak seperti biasa, pasiennya ini adalah seorang wanita berjilbab rapat. Tidak ada yang kelihatan kecuali sepasang mata yang menyinarkan wajah duka. Setelah wawancara sebentar (anamnese) dokter Hanung membuka amplop hasil laboraturium yang dibawa pasiennya. Dokter Hanung terkejut melihat hasil laboraturium. Rasanya adalah hal yang mustahil. Ada rasa tidak percaya terhadap hal itu. Bagaimana mungkin orang berjilbab yang tentu saja menjaga kehormatannya terkena penyakit itu, penyakit yang hanya mengenai orang-orang yang sering berganti-ganti pasangan sexsual.
Dengan wajah tenang dokter Hanung melakukan anamnese lagi secara cermat.
+  “Saudari masih kuliah?”
-   “Masih dok”

+  “Semester berapa?”
-   “Semester tujuh dok!”
+  “Fakultasnya?”
-   “Sospol”
+  “Jurusan komunikasi massa ya?”
Kali ini ganti pasien terakhir itu yang kaget. Dia mengangkat muka dan menatap dokter Hanung dari balik cadarnya.
-   “Kok dokter tahu?”
+  “Aah,….tidak, hanya barangkali saja!”
Pembicaraan antara dokter Hanung dengan pasien terakhirnya itu akhirnya seakan-akan beralih dari masalah penyakit dan melebar kepada persoalan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah penyakit itu.
+  “Saudari memang penduduk Bandung ini atau dari luar kota?
Pasien terakhir itu nampaknya mulai merasa tidak enak dengan pertanyaan dokter yang mulai menyimpang dari masalah-masalah medis itu. Dengan jengkel dia menjawab.
-  “Ada apa sih Dok…..kok tanya macam-macam?”
+  “Aah enggak,……..barangkali saja ada hubungannya dengan penyakit yang  saudari derita!”
Pasien terakhir ini tampaknya semakin jengkel dengan pertanyaan dokter yang kesana-kemari itu. Dengan agak kesal dia menjawab.
-  “Saya dari Pekalongan”
+  “Kost-nya?”

-  “Wisma Fathimah, jalan Alex Kawilarang 63”
+  “Di kampus sering mengikuti kajian Islam yaa”
-  “Ya,..kadang-kadang Dok!”
+  “Sering mengikuti kajian Bang Jalal?”
Sekali lagi pasien terakhir itu menatap dokter Hanung.
-  “Bang Jalal siapa?”
Tanyanya dengan nada agak tinggi.
+  “Tentu saja Jalaluddin Rachmat! Di Bandung siapa lagi Bang Jalal selain dia….kalau        di Yogya ada Bang Jalal Muksin”
-  “Yaa,…….kadang-kadang saja saya ikut”
+  “Di Pekalongan,……(sambil seperti mengingat-ingat) kenal juga dengan Ahmad Baraqba?”
Pasien terakhir itu tampak semakin jengkel dengan pertanyaan-pertanyaan dokter yang semakin tidak mengarah itu. Tetapi justru dokter Hanung manggut-manggut dengan keterkejutan pasien terakhirnya. Dia menduga bahwa penelitian penyakit pasiennya itu hampir selesai. Akhirnya dengan suara yang penuh dengan tekanan dokter Hanung berkata.
-  “Begini saudari, saya minta maaf atas pertanyaan-pertanyaan saya yang ngelantur tadi, sekarang tolong jawab pertanyaan saya dengan jujur demi untuk therapi penyakit yang saudari derita,…………..”
Sekarang ganti pasien terakhir itu yang mengangkat muka mendengar perkataan dokter Hanung. Dia seakan terbengong dengan pertanyaan apa yang akan dilontarkan oleh dokter yang memeriksanya kali ini.
+  “Sebenarnya saya amat terkejut dengan penyakit yang saudari derita, rasanya tidak mungkin seorang ukhti mengidap penyakit seperti ini”
-  “Sakit apa dok?”
Pasien terakhir itu memotong kalimat dokter Hanung yang belum selesai dengan amat Penasaran.
+  “Melihat keluhan yang anda rasakan serta hasil laboraturium semuanya menyokong diagnosis gonorhe, penyakit yang disebabkan hubungan seksual”
Seperti disambar geledek perempuan berjilbab biru dan berhijab itu, pasien terakhir dokter Hanung sore itu berteriak,
-  “Tidak mungkin!!!”
Dia lantas terduduk dikursi lemah seakan tak berdaya, mendengar keterangan dokter Hanung. Pandangan matanya kosong seakan kehilangan harapan dan bahkan seperti tidak punya semangat hidup lagi. Sementara itu pembantu dokter Hanung yang biasa mendaftar pasien yang akan berobat tampak mondar-mandir seperti ingin tahu apa yang terjadi. Tidak seperti biasanya dokter Hanung memeriksa pasien begitu lama seperti sore ini. Barangkali karena dia pasien terakhir sehingga merasa tidak terlalu tergesa-gesa maka pemeriksaannya berjalan agak lama. Tetapi kemudian dia terkejut mendengar jeritan pasien terakhir itu sehingga ia merasa ingin tahu apa yang terjadi.
Dokter Hanung dengan pengalamannya selama praktek tidak terlalu kaget dengan reaksi pasien terakhirnya sore itu. Hanya yang dia tidak habis pikir itu kenapa perempuan berjilbab rapat itu mengidap penyakit yang biasa menjangkit perempuan-perempuan rusak. Sudah dua pasien dia temukan akhir-akhir ini yang mengidap penyakit yang sama dan uniknya sama-sama mengenakan busana muslimah. Hanya yang pertama dahulu tidak mengenakan hijab penutup muka seperti pasien yang terakhirnya sore itu. Dulu pasien yang pernah mengidap penyakit yang seperti itu juga menggunakan pakaian muslimah, ketika didesak akhirnya dia mengatakan bahwa dirinya biasa kawin mut’ah.
Pasiennya yang dahulu itu telah terlibat jauh dengan pola pikir dan gerakan Syi’ah yang ada di Bandung ini. Dari pengalaman itu timbul pikirannya menanyakan macam-macam hal mengenai tokoh-tokoh Syi’ah yang pernah dia kenal di kota Kembang ini dan juga kebetulan mempunyai seorang teman dari Pekalongan yang menceritakan perkembangan gerakan syi’ah di Pekalongan. Beliau bermaksud untuk menyingkap tabir yang menyelimuti rahasia perempuan yang ada didepannya sore itu.
+  “Bagaimana saudari… penyakit yang anda derita ini tidak mengenai kecuali orang-orang yang biasa berganti-ganti pasangan seks. Rasanya ini tidak mungkin terjadi pada seorang muslimah seperti anda. Kalau itu masa lalu anda baiklah saya memahami dan semoga dapat sembuh, bertaubatlah kepada Allah,….atau mungkin ada kemungkinan yang lain,…?”
Pertanyaan dokter Hanung itu telah membuat pasien terakhirnya mengangkat muka sejenak, lalu menunduk lagi seperti tidak memiliki cukup kekuatan lagi untuk berkata-kata. Dokter Hanung dengan sabar menanti jawaban pasien terakhirnya sore itu.
Beliau beranjak dari kursi memanggil pembantunya agar mengemasi peralatan untuk segera tutup setelah selesai menangani pasien terakhirnya itu.
-  “Saya tidak percaya dengan perkataan dokter tentang penyakit saya !” Katanya terbata-bata
+  “Terserah saudari,…….tetapi toh anda tidak dapat memungkiri kenyataan yang anda sandang-kan?”

-  “Tetapi bagaimana mungkin mengidap penyakit laknat tersebut sedangkan saya selalu berada didalam suasana hidup yang taat kepada hukum Allah?”
+  “Sayapun berprasangka baik demikian terhadap diri anda,….tetapi kenyataan yang anda hadapi itu tidak dapat dipungkiri?”
Sejenak dokter dan pasien itu terdiam. Ruang periksa itu sepi. Kemudian terdengar suara dari pintu yang dibuka pembantu dokter yang mengemasi barang-barang peralatan administrasi pendaftaran pasien. Pembantu dokter itu lantas keluar lagi dengan wajah penuh tanda tanya mengetahui dokter Hanung yang menunggui pasiennya itu.
+  “Cobalah introspeksi diri lagi, barangkali ada yang salah,…….. sebab secara medis tidak mungkin seseorang mengidap penyakit ini kecuali dari sebab tersebut”
-  “Tidak dokter,…….selama ini saya benar-benar hidup secara baik menurut tuntunan syari’at Islam,…..saya tetap tidak percaya dengan analisa dokter”
Dokter Hanung mengerutkan keningnya mendengar jawaban pasiennya. Dia tidak merasa sakit hati dengan perkataan pasiennya yang berulang kali mengatakan tidak percaya dengan analisisnya. Untuk apa marah kepada orang sakit. Paling juga hanya menambah parah penyakitnya saja, dan lagi analisanya toh tidak menjadi salah hanya karena disalahkan oleh pasiennya. Dengan penuh kearifan dokter itu bertanya lagi,……..
+  “Barangkali anda biasa kawin mut’ah??
Pasien terakhir itu mengangkat muka,
-  “Iya dokter! Apa maksud dokter”?
+  “Itu kan berarti anda sering kali ganti pasangan seks secara bebas!

-   “Lho,… tapi itukan benar menurut syari’at Islam dok! Pasien itu membela diri.
+   “Ooo,…Jadi begitu,…kalau dari tadi anda mengatakan begitu saya tidak bersusah payah mengungkapkan penyakit anda. Tegasnya anda ini pengikut ajaran Syi’ah yang bebas berganti-ganti pasangan mut’ah semau anda. Ya itulah petualangan seks yang anda lakukan. Hentikan itu kalau anda ingin selamat”.
-  “Bagaimana dokter ini, saya kan hidup secara benar menurut syari’at Islam sesuai dengan keyakinan saya, dokter malah melarang saya dengan dalih-dalih medis”
Sampai disini dokter Hanung terdiam. Sepasang giginya terkatup rapat dan dari wajahnya terpancar kemarahan yang sangat terhadap perkataan pasiennya yang tidak mempunyai aturan itu. Kemudian keluarlah perkataan yang berat penuh tekanan.
+  “Terserah apa kata saudari membela diri,… anda lanjutkan petualangan seks anda, dengan resiko anda akan berkubang dengan penyakit kelamin yang sangat mengerikan itu, dan sangat boleh jadi pada suatu tingkat nanti anda akan mengidap penyakit AIDS yang sangat mengerikan itu,…atau anda hentikan dan bertaubat kepada Allah dari mengikuti ajaran bejat itu kalau anda menghendaki kesembuhan”.
-  “Ma..maaf, Dok, saya telah membuat dokter tersinggung!”
Dokter Hanung hanya mengangguk menjawab perkataan pasiennya yang terbata-bata itu.
+  “Begini saudari,…tidak ada gunanya resep saya berikan kepada anda kalau toh tidak berhenti dari praktek kehidupan yang selama ini anda jalani. Dan semua dokter yang anda datangi pasti akan bersikap sama,… sebab itu terserah kepada saudari. Saya tidak bersedia memberikan resep kalau toh anda tidak mau berhenti”.
-  “Ba…baik , Dok, …Insya Allah akan saya hentikan!”
Dokter Hanung segera menuliskan resep untuk pasien terakhir itu, kemudian menyodorkan kepadanya.
-  “Berapa Dok?”
+  “Tak usahlah,….saya sudah amat bersyukur kalau anda mau menghentikan cara hidup binatang itu dan kembali kepada cara hidup yang benar menurut tuntunan dari Rosulullah. Saya relakan itu untuk membeli resep saja”.
Pasien terakhir dokter Hanung itu tersipu-sipu mendengar jawaban dokter Hanung
-   “Terima kasih Dok,…….permisi”
Perempuan itu kembali melangkah satu-satu dipelataran rumah Dokter Hanung. Ia berjalan keluar teras dekat bougenvil biru yang seakan menyatu dengan warna jilbabnya. Sampai digerbang dia menoleh sekali lagi ke teras, kemudian hilang ditelan keramaian kota Bandung yang telah mulai temaran disore itu
( sumber : Syiahindonesia.com
Membela Sunnah, Menolak Syiah)
  •  
1.    salafy wahabi
Oktober 14, 2012 pada 1:21 pm | #1
KENALILAH AGAMA SYI’AH LAKNATULLAH!!!!
Termasuk kewajiban yang paling wajib adalah menjaga agama dan keyakinan kaum muslimin terhadap penyimpangan dan kerusakan, serta menerangkan jalan kerusakan agar kaum muslimin tidak terjatuh ke dalam kerusakan tersebut. Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhuma berkata,
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
“Manusia bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan saya bertanya kepada beliau tentang kejelekan (karena) khawatir bila kejelekan itu akan menimpaku ….” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim]
Di antara ancaman yang sangat besar terhadap aqidah kaum muslimin adalah agama kaum Syi’ah Rafidhah, suatu agama yang merusak dan meruntuhkan nilai-nilai keyakinan umat Islam. Ironisnya, agama Syi’ah ini didukung oleh beberapa negara dan dipersiapkan guna menyebar racun mereka di seluruh negeri kaum muslimin.
Bila merasa kuat pada suatu negeri, Kaum Syi’ah akan berbuat kezhaliman dan kesewenang-wenangan, seperti ulah mereka di Iran, Suriah, Bahrain, dan selainnya. Bila merasa lemah, mereka akan tampil dengan “pakaian” pendekatan dan persahabatan, atau sengaja memancing kemarahan kaum muslimin dengan mencela agama kaum muslimin sehingga sebagian kaum muslimin lepas kontrol. Bila kejadian yang mereka inginkan telah terjadi, mereka pun berdiri di belakang media massa agar ditampilkan sebagai orang-orang yang “dizhalimi” supaya mendapat belas kasih dan kesempatan untuk bercerita tentang keyakinan mereka.
Berikut beberapa pembahasan ringkas tentang kesesatan dan penyimpangan agama Syi’ah. Kami menerangkan kesesatan agama mereka dari “mulut” mereka sendiri yang menumpahkan keyakinan mereka dalam buku-buku mereka sendiri.
Definisi Syi’ah
Syaikh kelompok Syi’ah, Muhammad bin Muhammd bin An-Nu’man, yang bergelar Al-Mufîd, berkata, “Syi’ah adalah para pengikut amirul mukminin Ali shalawatullâhi ‘alaihi di atas jalan loyalitas, meyakini keimaman (Ali) setelah Rasul shalawatullâhi ‘alaihi wa âlihi tanpa terputus, menafikan keimaman siapa saja yang telah mendahului (Ali) dalam khilafah, serta menjadikan (Ali) sebagai yang diikuti dalam keyakinan, bukan mengikut kepada salah seorang di antara mereka di atas jalan kesetiaan.” [Awâ`ilul Maqâlât hal. 38]
Syaikh mereka yang lain, Sa’d bin ‘Abdillah Al-Qummy, mendefinisikan, “Syi’ah adalah golongan Ali bin Abi Thalib yang dinamakan Syi’ah Ali pada masa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan masa setelahnya. Mereka dikenal dengan loyalitas kepada Ali dan menyatakan keimaman (Ali).” [Al-Maqâlât Wal Firâq hal. 15]
Dalam agama Syi’ah, banyak kelompok dan aliran. Hanya, pada masa ini, penggunaan kata syi’ah tertuju kepada penganut terbanyak agama Syi’ah: Syi’ah Itsnâ Asyariyyah. Demikian keterangan salah seorang rujukan mereka, Husain An-Nury Ath-Thabarsy, dalam kitabnya, Mustadrak Al-Wasâ`il 3/311.
Siapakah 12 Imam Kaum Syi’ah?
Mereka disebut Syi’ah Itsnâ Asyariyyah karena meyakini keimaman 12 imam Ahlul Bait. 12 imam tersebut adalah [1] Abul Hasan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu (Lahir 23 tahun sebelum hijrah dan mati syahid pada 40 H), digelari Al-Murtadhâ; dan dua putra beliau, [2] Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma (2 H-50 H), digelari Al-Mujtabâ/Az-Zaky; [3] Abu Abdillah Al-Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma (3 H-61 H), digelar Asy-Syahid. Delapan Imam lain adalah dari keturunan Al-Husain radhiyallahu ‘anhu secara berurut. Kunyah, nama, dan gelar mereka terhitung dari bawah, yaitu [11] Abu Muhammad Al-Hasan Al-‘Askar (232 H-260 H) bin [10] Abul Hasan Ali Al-Hâdy (212 H-254 H) bin [9] Abu Ja’far Muhammad Al-Jawwâd (195 H-220 H) bin [8] Abul Hasan Ali Ar-Ridhâ (148 H-203 H) bin [7] Abu Ibrahim Musa Al-Kâzhim (128 H-183 H) bin [6] Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq (83 H-148 H) bin [5] Abu Ja’far Muhammad Al-Bâqir (57 H-114 H) bin [4] Abu Muhammad Ali As-Sajjâd/Zainul ‘Âbidîn (38 H-95 H) bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thâlib -semoga Allah meridhai dan merahmati mereka seluruhnya-. Adapun imam ke-12, mereka sebut berkunyah Abul Qâsim bernama Muhammad serta bergelar Al-Mahdi, Al-Qâ`im, Al-Hujjah, dan Al-Muntazhar. Akan datang penjelasan tentang Imam Mahdi kaum Syi’ah.
Asal Muasal Agama Syi’ah
Pendiri agama Syi’ah adalah Abdullah bin Saba`, seorang Yahudi yang pura-pura memeluk Islam. Dialah yang memunculkan aqidah keimaman Ali radhiyallahu ‘anhu, yang merupakan pokok keyakinan kaum Syi’ah. Hal ini diakui oleh orang-orang Syi’ah dalam belasan buku rujukan mereka. [Bacalah kitab Ibnu Saba’ Haqiqah La Khayâl karya Dr. Su’dâ Al-Hâsyimy]
Seorang tokoh mereka, Al-Hasan An-Nûbakhty, menjelaskan, “As-Saba`iyyah adalah mereka yang berkata tentang keimaman Ali ‘alaihis salam, sedang keimaman adalah kewajiban dari Allah Azza wa Jalla. Mereka adalah pengikut Abdullah bin Saba`. (Abdullah bin Saba`) tergolong orang yang menampakkan celaan terhadap Abu Bakr, Umar, Utsman, dan para shahabat, serta berlepas diri dari (para shahabat) tersebut …. Sejumlah ulama menghikayatkan bahwa, dahulu, Abdullah bin Saba` adalah seorang Yahudi, lalu memeluk Islam dan berloyalitas kepada Ali ‘alaihis salam.” [Firâq Asy-Syî’ah hal. 32]
Pokok-Pokok Kesesatan Agama Syi’ah
Berbicara tentang kesesatan agama Syi’ah adalah suatu hal yang sangat panjang. Berikut beberapa simpulan ringkas tentang agama Syi’ah dari buku-buku mereka sendiri.
1. Keyakinan Kaum Syi’ah tentang Keimaman Para Imam Ahlul Bait
Keyakinan kaum Syi’ah tentang keimaman 12 imam Ahlul Bait mengandung kekafiran yang sangat nyata. Di antara keyakinan tersebut adalah bahwa keimaman Ahlul Bait lebih tinggi daripada derajat kenabian.
Salah seorang tokoh mereka, Muhammad Ridha Al-Muzhaffar, berkata, “Kami meyakini bahwa keimaman adalah seperti kenabian, yang tidaklah terjadi, kecuali berdasarkan nash dari Allah Ta’âlâ melalui lisan Rasul-Nya atau melalui lisan Imam yang telah ditetapkan secara nash apabila dia ingin menetapkan imam setelahnya. Hukum keimaman dalam hal tersebut adalah hukum kenabian tanpa perbedaan.” [‘Aqâ`id Al-Imâmiyah hal. 103]
Imam Kaum Syi’ah, Zainuddin Al-Bayâdhy, berkata, “Kebanyakan guru kami lebih mengutamakan (Ali) di atas Ulul ‘Azmi karena keumuman kepemimpinan (Ali), dan seluruh penduduk dunia mengambil manfaat pada kekhalifahan (Ali).” [Ash-Shirâthul Mustaqîm ‘Alâ Mustahiqqî At-Taqdîm 1/210]
Syaikh Kaum Syi’ah, Nikmatullah Al-Jazâ`iry, berkata, “Keimaman umum adalah lebih tinggi daripada derajat kenabian dan kerasulan.” [Zahrur Rabî’ hal. 12]
Bahkan, kaum Syi’ah menganggap bahwa keutamaan para nabi bersumber dari kecintaan para nabi kepada para imam Ahlul Bait.
Tokoh mereka, Muhammad Bâqir Al-Majlisy, dalam kitabnya, Bihârul Anwâril Jâmi’ah Li Akhbâril A`immatil Ath-hâr 26/267, menyebut bab khusus dengan judul bab “Keutamaan (Para Imam Ahlul Bait) ‘alaihimus salam terhadap Para Nabi dan Seluruh Makhluk; Pengambilan Janji terhadap Para Nabi, Para Malaikat, dan Seluruh Makhluk Tentang Mereka; serta Bahwa Ulul ‘Azmi Ada sebagai Ulul ‘Azmi karena Kecintaan kepada (Para Imam Ahlul Bait) Shalawatullâhi ‘Alaihim.”
Siapa saja yang mengingkari keimaman Ahlul Bait adalah kafir di kalangan penganut agama Syi’ah.
Sumber riwayat mereka, Muhammad bin Ya’qub Al-Kulîny, meriwayatkan dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq -semoga Allah merahmatinya-, bahwa Ja’far berkata, “(Ada) tiga orang yang Allah tidak melihat kepada mereka pada hari Kiamat, tidak menyucikan mereka, dan siksaan pedih untuk mereka: (1) Orang yang mengakui suatu keimaman dari Allah yang bukan miliknya, (2) orang yang mengingkari seorang imam dari Allah, dan (3) Orang yang menyangka bahwa kedua (jenis orang) tersebut memiliki bagian dalam keislaman.” [Ushûlul Kâfy 1/434, tahqiq Muhammad Ja’far Syamsuddin, cet. Dârut Ta’âruf, Beirut, Lebanon, 1990 M/1411 H]
Dalam Amaly Ash-Shadûq, disebutkan riwayat dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi bahwa, “Siapa saja yang mengingkari keimaman Ali setelahku, dia telah mengingkari kenabian pada kehidupanku, sedang siapa saja yang mengingkari kenabianku, dia telah mengingkari rubûbiyah Rabb-nya ‘Azza wa Jalla.” [Al-Amaly hal. 308, Bihârul Anwâr 34/109]
Bahkan, mereka menganggap bahwa para nabi menegakkan seluruh risalah kenabian, dan risalah itu akan disempurnakan oleh imam kaum Syi’ah yang muncul pada akhir zaman.
Tokoh mereka pada masa ini, Al-Khumainy, berkata, “Setiap nabi dari para nabi hanyalah datang untuk menegakkan keadilan, dan tujuannya adalah untuk menerapkan (keadilan) di alam, tetapi beliau tidaklah berhasil. Hingga, penutup para nabi, yang datang untuk memperbaiki dan mengatur manusia serta menerapkan keadilan, sesungguhnya juga tidak mendapat taufiq. Sesungguhnya, yang akan berhasil dengan segala makna kalimat (keberhasilan) dan menerapkan keadilan di seluruh penjuru dunia adalah Al-Mahdi yang ditunggu.” [Mukhtârât min Ahâdîts wa Khithâbât Al-Khumainy 2/42]
Tidak seorang muslim pun yang meragukan kekafiran ucapan di atas, yang bertentangan dengan ayat-ayat Allah Ta’âlâ dan keyakinan yang dimaklumi dan disepakati oleh seluruh kaum muslimin. Allah Subhânahû wa Ta’âla telah berfirman,
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, tetapi Allah tidaklah menghendaki, kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur`an) dan agama yang benar untuk Dia menangkan (agama) itu atas segala agama, walau orang-orang musyrik tidak menyukai.” [At-Taubah: 32-33]
2. Keyakinan Kaum Syi’ah tentang Kedudukan Para Imam Ahlul Bait
Kaum Syi’ah meyakini bahwa para imam mereka mengetahui perkara ghaib.
Dalam Ushûlul Kâfy karya ahli hadits mereka, Al-Kulîny, terdapat sejumlah riwayat dari para imam Ahlul Bait -semoga Allah merahmati mereka- tentang pengetahuan para imam akan ilmu ghaib. Riwayat-riwayat tersebut terangkai dalam sejumlah bab pembahasan, di antaranya adalah bab “Para Imam ‘alaihimus salam Mengetahui Hal yang Telah Terjadi dan Hal yang Akan Terjadi, serta Tiada Suatu Apapun yang Tersembunyi terhadap Mereka” [Ushûlul Kâfy 1/316], bab “Para Imam Mengetahui Waktu Meninggal Mereka, dan Mereka Tidak Meninggal, kecuali dengan Pilihan Mereka” [Ushûlul Kâfy 1/313], dan bab “Para Imam ‘alaihimus salam Mengetahui Seluruh Ilmu yang Keluar kepada Malaikat, Para Nabi, dan Para Rasul ‘alaihimus salam” [Ushûlul Kâfy 1/310].
Mereka juga meyakini bahwa ucapan para imam mereka adalah firman Allah.
Dalam Ushûlul Kâfy, disebutkan riwayat dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq bahwa beliau berkata, “Ucapanku adalah ucapan ayahku. Ucapan ayahku adalah ucapan kakekku. Ucapan kakekku adalah ucapan Al-Husain. Ucapan Al-Husain adalah ucapan Al-Hasan. Ucapan Al-Hasan adalah ucapan (Ali) Amirul Mukminin (A). Ucapan Amirul Mukminin adalah hadits Rasulullah (shâ). Hadits Rasulullah adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla.” [Ushûlul Kâfy 1/105]
Dalam syarah kitab Ushûlul Kâfy, Muhammad Shalih Al-Mâzandarâny berkata, “Sesungguhnya hadits dari setiap imam yang tampak adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla. Tiada perbedaan dalam ucapan-ucapan para imam sebagaimana tiada perbedaan dalam firman Allah Ta’âlâ.” [Syarh Jâmi’ ‘Alâ Ushûlil Kâfy 2/272]
Sikap ekstrem dan berlebihan di atas adalah kekafiran yang sangat jelas pada kelompok Syi’ah. Siapa saja yang menganggap bahwa ada yang mengetahui hal ghaib dari makhluk adalah kafir menurut Al-Qur`an, Sunnah, dan kesepakatan kaum muslimin.
3. Aqidah Raj’ah Kaum Syi’ah
Al-Ahsâ`iy dalam kalangan Syi’ah memberi definisi, “Ketahuilah bahwa raj’ah adalah rahasia dari rahasia Allah. Berpendapat dengan (raj’ah) adalah buah keimanan kepada hal ghaib. Maksud (raj’ah) adalah kembalinya para imam ‘alaihimus salam dan syi’ah-nya serta musuh-musuh mereka dari yang keimanannya telah dimurnikan atau kekafirannya dari dua golongan, dan bukan tergolong orang-orang yang telah Allah binasakan di dunia dengan suatu siksaan. Apabila telah dibinasakan dengan suatu siksaan, mereka tidak akan kembali.” [Kitâbur Raj’ah hal. 11]
Al-Majlisy menerangkan aqidah mereka, “Sungguh jiwa-jiwa yang telah pergi akan kembali dan akan melaksanakan qishash pada hari kebangkitan mereka. Siapa saja yang disiksa akan mengambil qishash dengan menyiksa (orang yang menyiksa)nya. Siapa saja yang dibuat marah akan melampiaskan kemarahannya. Siapa saja yang dibunuh akan mengambil qishash dengan membunuh (orang yang membunuh)nya, sedang musuh-musuh mereka akan dikembalikan bersama mereka sehingga mereka melampiaskan kemarahannya. Lalu, mereka dihidupkan selama tiga puluh bulan setelah (musuh) itu (dimatikan), kemudian meninggal dalam satu malam dalam keadaan telah melampiaskan kemarahan mereka dan memuaskan diri-diri mereka, sedangkan musuh-musuh mereka telah menuju siksaan neraka yang paling pedih. Selanjutnya, mereka berdiri di depan (Allah) Al-Jabbâr ‘Azza wa Jalla lalu (Allah) memberikan hak-hak mereka untuk mereka.” [Bihârul Anwâr 53/44]
Menurut Syi’ah, musuh pertama yang akan dibangkitkan adalah Abu Bakr, Umar, dan Utsman. [Bihârul Anwâr 98/293]
Mereka juga menyebutkan riwayat dari Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad Ash-Shâdiq -semoga Allah merahmatinya- dalam menafsirkan firman Allah, “Oleh karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka sekadar sebentar.” [Ath-Thâriq: 17], bahwa Ja’far berkata, “Beri tangguhlah orang-orang kafir itu, wahai Muhammad, yaitu beri tangguhlah mereka itu sekadar sebentar untuk waktu kebangkitan Al-Qâ`im (Mahdi) ‘alaihis salam sehingga (Al-Qâ`im) membalas dendam untukku terhadap orang-orang yang bersombong serta para thaghut dari Quraisy, Bani Umayyah, dan seluruh manusia.” [Tafsîr Al-Qummi 2/416]
Aqidah kaum Syi’ah di atas adalah kekafiran nyata yang para ulama sepakati. Allah ‘Azza wa Jalla telah menerangkan bahwa hanya ada alam kubur dan hari kiamat,
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ. لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu) hingga, apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amalan shalih terhadap (amalan) yang telah kutinggalkan.’ Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang sekadar dia ucapkan. Sedang, di hadapan mereka, ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” [Al-Mu`minûn: 99-100]
Allah ‘Azza wa Jalla juga menerangkan bahwa setelah kematian adalah kembali kepada-Nya,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Lalu, hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” [Al-‘Ankabût: 57]
4. Aqidah Al-Badâ` dalam Agama Syi’ah
Dalam bahasa Arab, kata al-badâ` digunakan dalam dua makna: penampakan sesuatu yang sebelumnya tersembunyi dan kemunculan pendapat baru.
Dalam riwayat-riwayat kaum Syi’ah disebutkan, “Tidaklah Allah diibadahi dengan sesuatu apapun yang semisal Al-Badâ`,”, “Tidaklah Allah diagungkan dengan sesuatu yang semisal Al-Badâ`.” [Ushûlul Kâfy 1/197], dan “Andaikata mengetahui pahala keyakinan tentang Al-Badâ`, manusia tidak akan bosan berbicara tentang (Al-Badâ`) itu.” [Ushûlul Kâfy 1/199]
Dari Abu Hamzah Ats-Tsumâly, beliau berkata: Saya mendengar Abu Ja’far (Muhammad Al-Bâqir) ‘alaihis salam berkata, “Wahai Tsabit, sesungguhnya Allah Tabâraka wa Ta’âlâ pernah menentukan perkara ini pada tahun 70. Tatkala Al-Husain shalawatullâhi ‘alaihi terbunuh, kemurkaan Allah terhadap penduduk bumi menjadi sangat besar sehingga Allah mengakhirkan (penentuan) itu hingga tahun 140. Kami telah menceritakan kepada kalian, dan kalian telah mendengarkannya kemudian menyingkap tirai penutup, sedang setelah itu Allah tidak menetapkan waktu tertentu di sisi kami. Allah menghapus yang Dia kehendaki dan menetapkan (yang Dia kehendaki), serta di sisi-Nya ada Ummul Kitab.” [Ushûlul Kâfy 1/429, Al-Ghâ`ibah karya Ath-Thûsy hal. 263 dan Bihârul Anwâr 52/105]
Keyakinan kaum Syi’ah di atas disebut dalam banyak buku mereka dan diakui oleh ulama mereka. Tentu dimaklumi oleh seorang muslim bahwa keyakinan tersebut adalah kekafiran yang jelas karena mengharuskan kejahilan dan ketidaktahuan Allah terhadap hal yang akan terjadi.
5. Keyakinan Taqiyyah dalam Agama Syiah
Dalam mendefinisikan taqiyyah, Al-Mufîd berkata, “Taqiyyah adalah menyembunyikan kebenaran dan menutupi keyakinan, serta menutupi (keyakinan) dari orang-orang yang menyelisihi dan tidak terang-terangan kepada mereka dalam hal yang mengakibatkan bahaya dalam agama atau dunia.” [Tash-hîhul I’tiqâd hal. 115]
Al-Khumainy berkata, “Makna taqiyyah adalah seorang manusia mengatakan suatu ucapan yang berseberangan dengan kenyataan, atau mendatangkan amalan yang bertentangan dengan timbangan-timbangan syariat. Hal tersebut untuk menjaga darah, kehormatan, atau harta.” [Kasyful Asrâr hal 147]
Keyakinan ini adalah suatu ibadah yang sangat agung di kalangan orang-orang Syi’ah.
Dalam riwayat mereka, disebutkan dari Abu Umar Al-A’jamy bahwa dia berkata: Abu Abdillah (yakni Ja’far Ash-Shâdiq) berkata kepadaku, “Wahai Abu Umar, sesungguhnya sembilan dari sepuluh bagian agama adalah taqiyyah, dan tiada agama bagi orang yang tidak memiliki taqiyyah ….” [Ushûlul Kâfy 2/133, Mansyurât Al-Fajr, Beirut, Lebanon, cet. ke-1 2007 M/1428 H]
Juga dari Sulaiman bin Khalid, dia berkata bahwa Abu Abdillah (yakni Ja’far Ash-Shâdiq) berkata, “Wahai Sulaiman, sesungguhnya kalian berada di atas suatu agama. Siapa saja yang menyembunyikan (agama) itu, Allah akan memuliakannya. (Namun), siapa saja yang menyebarkan (agama) itu, Allah akan menghinakannya.” [Ushûlul Kâfy 2/136, Mansyurât Al-Fajr, Beirut, Lebanon, cet. ke-1 2007 M/1428 H]
Bahkan, mereka berdusta dengan menisbatkan kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwa “Orang yang meninggalkan taqiyyah adalah seperti orang yang meninggalkan shalat.” [Jâmi’ul Akhbâr karya Ibnu Bâbawaih Ash-Shaqûq hal. 110 dan Bihârul Anwâr 74/412 karya Al-Majlisy]
Keyakinan batil kaum Syi’ah ini menutupi segala kedustaan dan kontradiksi mereka. Sehingga, bila ditanyakan kepada mereka, “Mengapa Ali z membait Abu Bakr, Umar, dan Utsman?” Mereka akan menganggap bahwa hal tersebut adalah taqiyyah, “Mengapa banyak kontradiksi ditemukan dalam buku-buku Syi’ah?” Mereka akan menjawab, “Itu taqiyyah.”
An-Nubakhty menukil dari Sulaiman bin Jarir bahwa Sulaiman berkata, “Sesungguhnya, untuk syi’ah mereka, para imam Rafidhah meletakkan dua keyakinan yang, dengan (dua hal) itu, tidak akan tampak suatu kedustaan apapun dari para imam mereka. Dua keyakinan itu adalah keyakinan al-badâ` dan pembolehan taqiyyah. Adapun al-badâ`, itu karena para imam di tengah Syi’ah mereka menduduki kedudukan para nabi di tengah rakyat dalam keilmuan pada hal yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Apabila sesuatu yang mereka katakan terjadi, mereka berkata, ‘Bukankah kami telah memberitahu kalian bahwa hal ini akan terjadi? Dari Allah, kami mengetahui hal yang para nabi ketahui. Antara kami dan Allah terdapat sebab-sebab yang para nabi mengetahui hal yang mereka ketahui.’ Kalau sesuatu yang mereka katakan akan terjadi itu tidak terjadi, mereka berkata, ‘Telah terjadi al-badâ` pada Allah dalam hal tersebut.’.” [Firaq Asy-Syi’ah hal. 64-65]
Bahkan maksud utama keyakinan taqiyyah ini adalah untuk mengeluarkan dan menjauhkan Syi’ah dari keislaman. Mereka menyebut riwayat dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq bahwa beliau berkata, “Hal-hal yang kalian dengar dariku yang menyerupai ucapan manusia (yaitu kaum muslimin), padanya ada taqiyyah. (Sedangkan), hal-hal yang engkau dengar dariku yang tidak menyerupai ucapan manusia, tiada taqiyyah di dalamnya.” [Bihârul Anwâr 2/252]
6. Sikap Kaum Syi’ah terhadap Al-Qur`an
Banyak kekafiran kaum Syi’ah dalam keyakinan mereka tentang Al-Qur`an. Seorang muslim yang mengetahuinya pasti dadanya akan sesak dengan ucapan-ucapan mereka.
Di antara keyakinan mereka adalah bahwa Al-Qur`an, yang berada di tangan kaum muslimin, telah berkurang dan telah diubah atau diganti.
Dalam riwayat Al-Kulîny dengan sanadnya dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq disebutkan, “Sesungguhnya Al-Qur`an yang Jibril bawa kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi adalah sebanyak tujuh belas ribu ayat.” [Ushûlul Kâfy 2/350, Mansyurât Al-Fajr, Beirut, Lebanon, cet. ke-1 2007 M/1428 H]
Dalam riwayat lain, “… Mushaf Fatimah adalah seperti Al-Qur`an kalian ini (sebanyak) tiga kali lipat. Demi Allah, di dalamnya tiada satu huruf pun dari Al-Qur`an kalian ….” [Ushûlul Kâfy 1/295, tahqiq Muhammad Ja’far Syamsuddin, terbitan Dârut Ta’âruf, Beirut, Lebanon, 1990 M/1411 H]
Muhsin Al-Kâsyâny, seorang ahli tafsir mereka, berkata, “Faedah yang terpetik dari riwayat-riwayat melalui jalur Ahlul Bait ‘alaihimus salam adalah bahwa Al-Qur`an yang berada di tengah kita tidaklah sempurna sebagaimana yang diturunkan kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam. Bahkan, dalam (Al-Qur`an) itu, ada yang menyelisihi (firman) yang Allah turunkan, ada pula yang telah berubah lagi terganti dalam (Al-Qur`an). Juga sesungguhnya banyak hal telah dibuang dari (Al-Qur`an), di antaranya adalah nama Ali pada banyak tempat. Selain itu, Al-Qur`an juga tidak berada di atas susunan yang diridhai di sisi Allah dan di sisi rasul-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam.” [Tafsîrush Shâfy 1/49]
Syaikh kaum Syi’ah, Al-Mufîd, berkata, “Sesungguhnya kabar-kabar yang datang sangatlah banyak, dari para imam petunjuk dari keluarga Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi, tentang pertentangan Al-Qur`an dan apa-apa yang orang-orang zhalim adakan berupa penghapusan dan pengurangan di dalamnya ….” [Awâ`ilul Maqâlât hal. 8]
Ucapan ulama Syi’ah dari dahulu hingga belakangan menunjukkan aqidah ini, bahkan Syaikh kaum Syi’ah, An-Nûry Ath-Thabarsy, memiliki buku khusus yang berjudul Fashlul Khithâb Fî Itsbati Tahrîf Kalâmi Rabbil Arbab (Kata Pemutus tentang Penetapan Terjadinya Perubahan pada [Al-Qur`an] Kalam Rabbil Arbâb). Kalau ada dari kalangan Syi’ah yang mengingkari perubahan dan pergantian Al-Qur`an, hal tersebut hanya berasal dari aqidah taqiyyah mereka.
Pegangan dan kumpulan dari Al-Qur`an, dengan berbagai riwayat dari masa para shahabat hingga hari ini, semuanya tidak berlaku di kalangan Syi’ah.
Ahli hadits terpercaya kaum Syi’ah, Al-Kulîny, menyebutkan bab “Tiada yang Mengumpul Seluruh Al-Qur`an, Kecuali Para Imam (A), Sedang Mereka Mengetahui Seluruh Ilmu (Al-Qur`an)”, kemudian membawakan riwayat dengan sanadnya dari Abu Ja’far Muhammad Al-Bâqir bahwa Abu Ja’far berkata, “Tiada seorang pun dari manusia yang mengaku mengumpulkan seluruh Al-Qur`an sebagaimana yang diturunkan, kecuali seorang pendusta. Tiada yang mengumpul dan menghafal (Al-Qur`an) sebagaimana yang Allah Ta’âlâ turunkan, kecuali Ali bin Abi Thalib (‘A) dan para imam setelahnya (‘A).” [Ushûlul Kâfy 1/284, tahqiq Muhammad Ja’far Syamsuddin, terbitan Dârut Ta’âruf, Beirut, Lebanon, 1990 M/1411 H]
Dalam sifat Imam Mahdi kaum Syi’ah, mereka menyebutkan bahwa Imam Mahdi akan keluar dengan membawa kitab baru. Mereka menyebutkan, “Telah mutawatir dari para imam yang suci shalawâtullâhi ‘alaihim bahwa imam zaman serta utusan masa dan waktu shalawâtullâhi wa salâmuhu ‘alaihi akan datang dengan kitab baru, sangat keras terhadap orang-orang Arab, dan kebanyakan tentara-tentaranya adalah anak-anak ajam (bukan Arab).” [Al-Fawâ`idul Madaniyyah Wasy Syawâhidul Makkiyyah hal. 532-533, Muhammad Amin dan Nûruddîn Al-‘Âmily]
Maha Suci Allah dari kekafiran kaum Syi’ah. Allah telah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ. لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap Al-Qur`an, ketika (Al-Qur`an) itu datang kepada mereka, (pasti akan celaka), dan sesungguhnya (Al-Qur`an) itu adalah kitab mulia. Tiada kebatilan yang datang pada (Al-Qur`an), baik dari depan maupun dari belakangnya, diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” [Fushshilat: 41-42]
7. Sikap Kaum Syi’ah terhadap Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
Dalam keyakinan kaum Syi’ah, seluruh hadits yang tidak berasal dari jalur Ahlul Bait tidaklah diterima.
Salah satu rujukan mereka, Muhammad Husain Âlu Kâsyifil Ghithâ, berkata, “Sesungguhnya Syi’ah tidak menganggap (sesuatu) sebagai sunnah, kecuali hal-hal yang telah shahih untuk mereka melalui jalur-jalur Ahlul Bait …. Adapun riwayat Abu Hurairah, Samurah bin Jundub, ‘Amr bin ‘Âsh, dan semisalnya, itu tidaklah bernilai (semisal) seekor lalat di kalangan orang-orang Syi’ah Imamiyyah. [Ashlush Syi’ah wa Ushûluhu hal. 79]
Asy-Syâhid Nûrullâhi At-Tastury berkata, “… (Hal itu) karena Al-Bukhâry, Muslim, dan semisalnya adalah para pemalsu hadits lagi para pendusta di kalangan Syi’ah. Bahkan, karena banyak alasan, mereka menetapkan kedunguan dan pendeknya pemahaman Al-Bukhâry perihal membedakan antara (hadits) shahih dan dha’if.” [Ash-Shawârimul Muhriqah hal. 57]
Terlebih lagi, menurut mereka, orang yang mengambil riwayat dari selain Ahlul Bait adalah musyrik. Dalam sebuah riwayat dalam buku terpercaya mereka, disebutkan bahwa Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq menyatakan, “… Dan siapa saja yang mengaku mendengar dari selain pintu yang Allah buka untuknya, dia adalah musyrik ….” [Ushûlul Kâfy 1/439, tahqiq Muhammad Ja’far Syamsuddin, terbitan Dârut Ta’âruf, Beirut, Lebanon, 1990 M/1411 H]
Juga, salah satu bab Ushûlul Kâfy 1/464 berjudul “Sesunggunya Tiada Suatu Kebenaran di Tangan Manusia, Kecuali dari Apa-Apa yang Keluar dari Sisi Para Imam (‘A), Sedang Segala Sesuatu yang Tidak Keluar dari Sisi Mereka adalah Batil.”
Bila keyakinan kaum Syi’ah terhadap hadits-hadits Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang berada di tangan kaum muslimin sudah sedemikian rupa, berarti kaum Syi’ah telah menolak agama Islam ini dan mendustakan sumber kedua yang menjadi rujukan kaum muslimin. Allah telah berfirman,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Segala sesuatu yang Rasul datangkan kepada kalian, terimalah, sedang segala sesuatu yang dia larang terhadap kalian, tinggalkanlah.” [Al-Hasyr: 7]
8. Sikap Kaum Syi’ah terhadap Para Shahabat
Dalam buku-buku mereka, terdapat riwayat dari Abu Ja’far Muhammad Al-Bâqir bahwa beliau berkata, “Manusia adalah murtad setelah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa âlihi, kecuali tiga orang. Saya (perawi) bertanya, ‘Siapakan ketiga orang itu?’ Beliau menjawab, ‘Al-Miqdâd, Abu Dzarr, dan Salman Al-Fârisy.’ ….” [Raudhatul Kâfy 8/198, tahqiq Muhammad Ja’far Syamsuddin, terbitan Dârut Ta’âruf, Beirut, Lebanon, 1990 M/1411 H]
Mereka meriwayatkan pula dari Amirul Mukmin Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu ‘anhu bahwa beliau berkata kepada Qunbur, “Wahai Qunbur, bergembiralah dan berilah kabar gembira, serta selalulah merasa gembira. Sungguh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi meninggal, sedang beliau murka terhadap umatnya, kecuali Syi’ah.” [Al-Amâly karya Ash-Shadûq hal 726]
Al-Majlisy berkata, “Sesungguhnya, tergolong sebagai keharusan aksioma agama Imamiyah: penghalalan mut’ah, haji Tamattu’, serta berlepas diri dari Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Mu’âwiyah.” [Al-I’tiqâdât karya Al-Majlisy hal. 90-91]
Ucapan-ucapan keji kaum Syi’ah terhadap para shahabat dan istri-istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini sangatlah banyak.
Seluruh hal tersebut adalah pengingkaran terhadap Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang memuji dan menyanjung para shahabat radhiyallâhu ‘anhum. Allah ‘Azza wa Jalla telah menyifatkan orang yang jengkel terhadap para shahabat sebagai orang kafir dalam firman-Nya setelah menyebutkan sifat para shahabat dalam Taurat dan Injil,
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ
“… Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir.” [Al-Fath: 29]
9. Kesyirikan di Kalangan Kaum Syi’ah
Muhammad bin Ali Ash-Shadûq membawakan riwayat dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shadiq bahwa Ja’far berkata, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memiliki makhluk dari rahmat-Nya. Allah menciptakan mereka dari cahaya-Nya dan (menciptakan) rahmat-Nya dari rahmat-Nya untuk rahmat-Nya. Mereka adalah mata Allah yang melihat, telinga-Nya yang mendengar, dan lisan-Nya yang berbicara di tengah makhluk-Nya dengan seizin-Nya, serta para kepercayaan-Nya terhadap apa-apa yang (Allah) turunkan berupa udzur, nadzar, dan hujjah. Dengan mereka, (Allah) menghapus dosa-dosa, menolak kesedihan, menurunkan rahmat, menghidupkan yang mati, dan mematikan yang hidup. Dengan mereka, (Allah) menguji makhluk-Nya dan menetapkan putusan-Nya di tengah makhluk-Nya.” Perawi bertanya, “Semoga Allah menjadikanku sebagai penebusmu. Siapakah mereka itu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang mendapat wasiat.” [At-Tauhîd karya Ash-Shâduq hal. 167, cet. Dârul Ma’rifah, Beirut]
Dalam Mustadrak Al-Wasâ`il, Ath-Thabarsy membuat bab berjudul “Kebolehan Thawaf di Kuburan”.
Dalam Amâly Ath-Thûsy, Muhammad bin Hasan Ath-Thûsy menyebutkan riwayat dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq bahwa Ja’far berkata, “Sesunggunya Allah Ta’âlâ telah menjadikan tanah kakekku, Husain ‘alaihis salam, sebagai penyembuh untuk segala penyakit dan pengaman dari segala kekhawatiran. Apabila salah seorang dari kalian mengambil (tanah) itu, hendaknya dia mencium dan meletakkan (tanah) itu pada kedua matanya lalu melewatkan (tanah) itu pada seluruh jasadnya. Hendaknya dia berkata, ‘Ya Allah, dengan hak tanah ini dan hak orang yang menyatu dan tertanam di dalam (tanah) ini, dengan hak ayahnya, ibunya, saudaranya, dan para imam dari keturunannya, dan dengan hak para malaikat yang mengitarinya, pasti Engkau menjadikan (tanah) ini sebagai obat untuk segala penyakit, penyembuh untuk segala penyakit, keselamatan dari segala bahaya, dan pelindung dari segala yang aku khawatirkan, serta aku berhati-hati terhadap (tanah) ini.’ Lalu, dia menggunakan tanah tersebut.” [Amâly Ath-Thabarsy, Mu`assasah Al-Wafâ`, Beirut, cet ke-2, 1401 H]
Banyak sekali bentuk kesyirikan kaum Syi’ah yang tidak bisa kami detailkan dalam tulisan ringkas ini, seperti (1) menjadikan para imam mereka sebagai perantara antara makhluk dan Allah; (2) Beristighatsah kepada Allah dengan menyebut imam-imam mereka; (3) Kewajiban ziarah ke kubur Al-Husain dan kekafiran orang yang meninggalkan kewajiban ini; (4) Kebolehan melaksanakan thawaf, shalat dan bersungkur di kuburan; serta kesyirikan lain. Kesyirikan kaum Syi’ah meliputi segala hal: dalam Rubûbiyyah, Ulûhiyyah dan Al-Asmâ` wa Ash-Shifât.
10. Sikap Kaum Syi’ah terhadap Kaum Muslimin
Syaikh Kaum Syi’ah, Nikmatullah Al-Jazâ`iry, berkata, “Kami tidaklah bersepakat dengan mereka (kaum muslimin) pada ilah (sembahan). Tidak pada nabi, tidak pula pada imam. Hal tersebut adalah karena mereka (kaum muslimin) berkata bahwa Rabb mereka adalah Rabb Yang Muhammad adalah nabi-Nya dan khalifah-Nya setelah Nabi-Nya adalah Abu Bakr. Kami tidak berkata dengan Rabb ini tidak pula dengan nabi tersebut. Namun, kami berkata bahwa Rabb yang khalifah Nabi-Nya adalah Abu Bakr bukanlah Rabb kami, dan nabi itu bukanlah nabi kami.” [Al-Anwârun Nu’mâniyyah 2/278, cet. Al-A’lamy Lil Mathbû’ât, Beirut, 1404 H]
Muhaqqiq mereka, Yusuf Al-Bahrany, menyebutkan kekafiran kaum muslimin di kalangan orang-orang Syi’ah dalam ucapannya, “Tahqiq yang diambil dari kabar-kabar Ahlul Bait ‘alaihimus salam -sebagaimana penjelasan kami, yang tidak memerlukan tambahan, dalam kitab Asy-Syihâbuts Tsâqib- bahwa seluruh orang yang menyelisihi lagi mengetahui keimaman dan mengingkari keyakinan (keimaman) adalah para nawâshib[1], orang-orang kafir, dan orang-orang musyrik yang tidak memiliki jatah dan bagian dalam keislaman tidak pula dalam hukum-hukum (Islam) ….” [Al-Hadâ`iqun Nâdhirah 14/159]
Mereka juga menghalalkan darah dan harta kaum muslimin serta menganggap bahwa kaum muslimin adalah kafir dan najis sebagaimana dalam banyak buku mereka dengan berbagai riwayat. Biarlah Yusuf Al-Bahrany mewakili mereka. Dia berkata, “Tiada silang pendapat di kalangan shahabat kami dan selainnya dari yang berpendapat dengan keyakinan ini tentang kekafiran, kenajisan, serta kehalalan darah dan harta nâshib. Juga bahwa hukum terhadap (nâshib) adalah sama dengan hukum terhadap kafir harby.” [Al-Hadâ`iqun Nâdhirah 10/42]
Karena kekafiran kaum muslimin itulah, dalam buku-buku mereka, terurai tentang ketidakbolehan menikahi kaum muslimin, mengerjakan shalat di belakang kaum muslimin, menshalati jenazah kaum muslimin, dan menjatuhkan hukum bahwa kaum muslimin kekal dalam neraka.
Demikian sebagian kesesatan dan kekafiran agama Syi’ah. Meski masih banyak hal yang belum bisa disebut pada tulisan ini, semoga tulisan ini bermanfaat bagi sebagian kaum muslimin, yang tertipu oleh kaum Syiah, agar mereka rujuk kepada Islam yang benar, dan semoga menjadi bekal seorang muslim untuk teguh di atas agama. Wallahu A’lam.
Jazakallahu khairan
2.    kiki
Oktober 13, 2012 pada 5:40 pm | #2
saya bukan muslim yg fanatik mazhab, tapi ga rela agamaku di obok” gini.
saya kira perbedaan syu’ni dengan ahlusunah waljama’ah seperti NU dengan Muhamadyah, ternyata salah pikiranku.
saran saya bukan cuma waspada gan!!!, tapi sudah seharusnya semua yg campur tangan yahudi di hapuskan.
Terimakasih mba kiki atas komentarnya, NU sendiri sangat tegas menjelaskan tentang sesatnya syiah, bahkan pendiri NU sendiri mewanti-wanti akan kafirnya syiah ini,
Dan syiah adalah agama buatan orang yahudi yang pura-pura masuk islam,
3.    santi
Oktober 4, 2012 pada 11:14 pm | #3
Betapa mengerikannya ajaran ini….apakah di jakarta ada juga ? tlng beri ciri-ciri pengajian yg menganut syiah bagi kami orang awam agar kami bisa mendeteksi dini …sukron…
Ada, bahkan banyak,
Pusat mereka ada di daerah condet, radio pun mereka punya di jakarta, radio rasil,
Bahkan habib2 bnyk yang pro syiah,
4.    Ismi Madinah
September 27, 2012 pada 1:32 pm | #4
tambah yakin syiah itu sesat
5.    boid
September 27, 2012 pada 12:56 am | #5
Oooooo, jadi seperti kebanyakan aliaran sesat lainnya, ingin melegalkan kebejatan dibalik kedok agama. Free sex di balik jilbab rapat, di balik kopiah putih. Makin sering gonta-ganti pasangan semakin besar pahala???, OOOOOOOOouuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu.
Ya, itulah salah satu ajaran agama syiah, makanya banyak generasi muda,mahasiswa dan mahasiswi yang terjerat kedalamnya karena ajaran yg satu ini,
6.    darwis
September 24, 2012 pada 2:54 pm | #6
hancurkan syiah sampai keakar akarnya jangan sampai tumbuh dan berkembang dibumi pertiwi ini
7.    yudo hermawan
September 8, 2012 pada 4:38 pm | #7
walau saya awam dalam pengetahuan agama, tapi saya yakin kalau syiah itu sesat dan menyesatkan, logika saja, dari ajaran melaknat para sahabat Rasulullah, kita sudah bisa menilai, akhlak dan ajaran agama syiah ini, ancaman si jalal ntuk menjadikan indonesia seperti siriah tdk dapat di anggap main-main, mungkin mereka sdh lama menunggu moment ini, kasus di sampang bisa jadi merupakan alat pemicunya..
8.    enol
September 2, 2012 pada 6:33 am | #8
iiiii ngeri banget syiah,,wajar kalo dibumi hanguskan di sampang madura,,,,
Lebih ngeri lagi kalau syiah dibolehkan di indonesia, dan mereka diberi angin oleh penguasa tuk menyebarkan ajaran mereka,.. apakah ingin tragedi suriah pindah ke indonesia? jika syiah berkuasa, mereka akan mudah menumpahkan darah kaum muslimin, sebagaimana ini terjadi di Iran,Iraq, dan suriah,.. na’udzubillahi min dzalik
9.    Abu Najwa
September 1, 2012 pada 4:50 pm | #9
Afwan akh.. untuk buku2 ahlusunnah nama2 penerbitnya apa saja ya.. agar aman membaca yang lebih jelas aqidahnya. Syukran wa jazakallahu khair.
Penerbit buku2 salaf terpercaya banyak sekali akhi, contoh: Pustaka Imam Syafii,Pustaka Ibnu Katsir,Pustaka Attaqwa,Pustaka Attibyan,Pustaka Annaba,Darul Haq,
Jazakallahu Khairan
10.                       ambia alexander
Agustus 31, 2012 pada 2:43 pm | #10
ajaran syiah tak jauh bedanya dengan yahudi, itu yang saya tau.
syiah juga sedang menunggu dajjal nya, sehingga ajarannya merupakan ajaran yang di senangi oleh dajjal. dengan cara melegal kan perzinahan atau melegalkan pelacuran dengan meng samar kan yaitu dengan sebutan NIKAH MUT’AH nya.
makanya di habitat mereka tidak ada terjadi perzinahan atau pelacuran, jika burung nya gatal bisa di salurkan dengan istilah nikah mut’ah. walau nikah semalam saja, bahkan istri orang pun bisa di mut’ah kan.
bahkan dosa yang mereka lakukan pun, mereka yakini yang di luar syiah akan menerima dosa dari dosa yang mereka perbuat dan pahala yang diluar syiah akan mengalir ke mereka.
jadi dosa mereka ke kita dan pahala kita ke mereka. sungguh luar biasa si syetan bisa membodohin mereka si syiah.
11.                       elma
Juni 19, 2012 pada 12:04 pm | #11
karena anda bukan syiah ,wajar dong kalau menyesatkanya
Seandainya anda mengetahui tentang hakekat syiah yang sebenarnya, maka andapun akan mengatakan syiah itu sesat,
Bagaimana sikap anda, ketika ada orang yang mengatakan aisyah berzina?
Bagaimana sikap anda ketika ada orang mngatakan istri-istri rasulullah adalah pelacur?
Bagaimana sikap anda, katanya alquran kaum muslimin yang sekarang sudah tdk asli lagi?
Dan banyak hal-hal lainnya, bgmna sikap anda??
kenapa nikah mutah yang dijadikan tolak ukur sesat nya siah selain wanita syiah pun wanita aliran lain di bumi kita banyak yang berpenyakit seperti itu
Bukan hanya nikah mutahnya saja yg membuat syiah di cap sesat, banyak sekali pemikiran-pemikiran selain ajaran mutah, bahkan lebih besar daripada mutah
sesungguh nya kebenaran hanya milik alloh semata
Betul sekali, kebenaran hanya milik allah semata, dan Allah sudah mengutus Rasulnya untuk menyampaikan kebenaran tersebut,.. bukankah demikian??
apa yang dilakukan agama syiah, bukan dari kebenaran yang allah sampaikan melalui rasulnya,..
so jadi,… syiah adalah kesesatan
12.                       Amama Ali
Juni 7, 2012 pada 1:09 pm | #12
TErima kasih sudah berbagi hidayah ;)
13.                       fisabilillah
Juni 1, 2012 pada 7:32 am | #13
itu kisah nyata….dan itu adalah ajaran yg diluar syariat alloh dan rosulnya,,,itu adalah ajaran yang dibuat2 oleh orang2 siyah yg mengatas namakna islam….smoga kita sll dalam hidayah alloh swt..aminn,,,,, kpd para saudari muslimahq agar pandai2 memahami agama ini dan jangan sembarangan mengikuti kajian2 yang tidak jelas,,,uhibbuk fillah
14.                       arwani
Mei 31, 2012 pada 12:42 am | #14
Izin ikutan share ya, syukron
15.                       siti anisah
Mei 24, 2012 pada 8:38 am | #15
izin untuk share ya…
16.                       rinam
Maret 25, 2012 pada 2:58 am | #16
oh gito tapi kenapa mui n umat islam yg ad dibandung membiarkan hal hal ini begitu saja kenapa tidak menghukum orang2 yg telah melakukan hal tersebut?
MUI sdh mengeluarkan fatwa tentang sesatnya syiah, kenapa kaum muslimin membiarkan? bukan membiarkan, akan tetapi sebagian besar kaum muslimin tidak mengetahui hakekat syiah, apa itu syiah mereka ngga tahu, jadi bagaimana mereka akan bertindak atau mengambil sikap?
Mudah-mudahan dengan disebarkanya penyimpangan-penyimpangan mereka, maka banyak kaum muslimin yang mengetahui, dan waspada terhadap makar syiah,..
Jangan sampai tragedi suriah terjadi di indonesia,
syiah di indonesia masih lemah, sehingga dakwah mereka adalah mengedepankan persatuan, ukhuwah, silaturahim,.. dan mereka bertakiyah, pura-pura, sehingga masyarakat awam pun tertipu,
akan tetapi jika mereka kuat, maka mereka akan menggulingkan kekuasaan, menindas ahlussunnah, sebagaimana ini terjadi di iran,iraq, dan suriah saat ini,..
Mudah-mudahan Allah binasakan syiah hingga ke akar-akarnya,..
17.                       rinirera
Maret 23, 2012 pada 6:02 am | #17
Izin share.. Sukron
Silahkan, dan mudah-mudahan banyak yang mengambil pelajaran, dan mengetahui apa itu hakekat syiah,.. jangan sampai keluarga kita ikut pemahaman sesat ini,
18.                       Habibah
Maret 17, 2012 pada 12:28 am | #18
Iziin Share
silahkan
19.                       ikhsan
Maret 16, 2012 pada 4:01 am | #19
minta data2 wanita tsb, saya ingin mencari kebenaran ,,,
- salam -
dikisah itu disebutin kok, wisma fatimah dibandung, itu tempat ngumpulnya wanita2 yg ikut syiah, di gegerkalong juga ada, yayasan aljawwad, itu juga kumpulan wanita2 syiah yg siap di mutah,.. dan dedengkot syiah di indonesia pun tinggalnya dibandung, punya sekolahan gede, yayasan almuttahari, namanya jalaludin rahmat, sering nongol di tivi,
penerbitan syiah juga gede tuh dibandung, penerbit MIZAN
20.                       op
Februari 10, 2012 pada 9:51 am | #20
syiah itu apa?
kawin mut’ah itu spt apa y?
Terimakasih telah berkomentar disini,
Syiah itu adalah pemahaman yang dibuat oleh orang yahudi yang pura-pura masuk islam, dia adalah abdullah bin saba’
Diantara pemahaman syiah sebagai berikut:
1.Syiah mencela habis-habisan Aisyah dan Hafshah radhiallahu’anhuma
2. Orang Syiah Rafidhah telah mengafirkan para sahabat, terutama Abu Bakr Ash-Shiddiq dan Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhuma
3. Menuduh Aisyah berzina
4.Menganggap alquran kita telah berubah, dan alquran yg asli masih sama imam mahdi orang-orang syiah
dll… silahkan lihat sendiri video ulama-ulama syiah yg berbicara tentang ajaran syiah ini, bisa lihat disini : http://www.videosyiah.com
kawin mutah adalah kawin kontrak, yang itu merupakan ritual orang-orang syiah dalam rangka melegalkan zina. tidak ada kawin kontrak dalam islam, semua itu adalah perzinaan,
Banyak remaja yang ikut syiah karena dah tergoda dengan seks bebas model kawin kontrak, dan banyak korbanya, bahkan yang mengidap penyakit kelamin, kisahnya bisa dibaca disini, dan terjadi di komunitas syiah terbesar di indonesia, di kota bandung,
21.                       Sarah
Desember 14, 2011 pada 6:17 pm | #21
Ini cerita ” kenyataan atau fiksi ?” Benar-benar terjadi, syiah begini ?
Betul, ini kisah nyata, bukan karangan,
Banyak yang tidak mengetahui apa itu syiah, dan banyak juga yang suka karena sdh kecanduan dengan nikah mutah/kawin kontraknya, ..
Mudah-mudahan kaum muslimin di indonesia mewaspadai akan aliran syiah ini, sebab sekarang ini mereka sudah tidak malu-malu lagi tuk mendakwahkan paham syiah ini, apalagi didukung oleh media cetak, juga media lainnya, seperti di bandung mereka punya penerbitan besar, yaitu penerbit mizan,
Banyak kaum muslimin yang tidak mengetahui kalau buku-buku terbitan mizan ini mendakwahakan dakwah syiah.
Dan bandung merupakan komunitas syiah terbesar di indonesia, karena dedengkot syiah indonesia, yaitu kang jalal juga ada dibandung,
Mereka punya yayasan dan sekolah, yaitu yayasan almuttahari, untuk yayasan syiah seluruh indonesia bisa lihat dipostingan ini,
Untuk buku-buku syiah yang perlu diwaspadai,beserta penerbit-penerbit syiah, anda bisa lihat disini
kisah taubatnya 3 wanita syiah, bisa baca disini
Komentarku ( Mahrus ali): 
Tentang kisah wanita berhijab yang kena penyakit sexual dan berganti ganti pasangan masih sulit diterima. Sebab, biasanya wanit syi`ah tidak suka dengan hijab,senang mengenakan jilbab.Refrensi kisah ini kurang akurat , rapuh sekali. Kalau keterangan tentang ajaran Syi`ah tadi, banyak benarnya. Dan tidak dusta.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan