Senin, Mei 07, 2012

Taraweh bukan dua puluh rakaat tapi sebelas

 



Ust Luthfi Bashori menyatakan:

Para walisongo mengikuti bid`ah hasanah yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khatthab dan dilanjutkan hingga di jaman Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA sebagai Khalifah ke empat. Yaitu shalat tarawih dua puluh rakaat, Kullu bid`atin dhalalah, yaitu haruslah diartikan: SEBAGIAN BID`AH ITU ADALAH SESAT. Dengan pengertian ini, maka tidak ada seorangpun dari kalangan ulama Ahlus sunnah wal jamaah yang berpendapat bahwa seluruh bid`ah itu sesat, kecuali kelompok minoritas kalangan Wahhabi/Salafi saja.

Tim penulis LBM Jember  menyatakan: 



Komentarku ( Mahrus ali )

Sebetulnya masalah tersebut telah saya kaji  di buku karya saya: Mantam kiyai NU meluruskan ritual kiyai ahli bid`ah  atau " amaliah sesat di bulan Ramadhan ". Bacalah di sana, juga di bab:                                      Tarawih delapan rakaat atau dua puluh
  Ust Nasib Arrifa`i punya karya  buku yang bermanfaat  untuk mendukung masalah tsb  namanya:
أَوْضَحُ اْلبَيَانِ فِيْمَا ثَبَتَ فِي السُّنَّةِفِي قِيَامِ رَمَضَانَ
 Keterangan paling jelas tentang salat taroweh menurut hadis sahih.
Bacalah, bila ingin mencari hakikat kebenaran bukan  hakikat kesalahan. Lalu sebagian orang yang membela  salat taraweh dua puluh rakaat membantah lagi dan mengarang kitab:
" اَلِإصَابَةُ فِي ْاِلانْتِصَارِ لِلْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَ الصَّحَابَةِ "
Isi kitab tsb kebohongan bukan kejujuran, hadis – hadis lemah dan palsu bukan hadis sahih atau hasan  dan  kalimat yang tidak bermutu tapi omongan main – main dalam beragama, sehingga Al albani juga mengarang buku berjudul:
 تَسْدِيْدُ اِْلإصَابَةِ إِلَى مَنْ زَعَمَ نُصْرَةَ الْخُلَفَاءِالرَّاشِدِيْنَ وَ الصَّحَابَةِ "
 Kami ( al albani ) juga menjawabnya  dengan karya buku yang kami jadikan menjadi enam buku:
Buku untuk menjawab kebohongan mereka
Buku tentang salat taraweh.Saya sudah menjelaskan bahwa taraweh dua puluh rakaat itu tidak memiliki  sandaran pun  kecuali hadis lemah
Dalam kitab tersebut ada keterangan:
" وَصَحَّ أَنَّ النَّاسَ كَانوُا يُصَلُّوْنَ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً "
Manusia sama melakukan salat taraweh di masa Umar, Usman dan Ali  dua puluh rakaat.
Saya ( Al bani ) katakan: Untuk di masa Usman, saya tidak mengetahui satu orangpun yang meriwayatkan hadis seperti itu sekalipun dengan sanad lemah. Untuk masa Ali dan Umar, maka  ada hadis yang menerangkannya tapi seluruhnya cacat sebagaimana  yang telah  saya jelaskan secara rinci dan saya belum mengetahui ada pengarang yang menerangkan seperti itu sebelum saya dalam buku saya  salat taroweh. Tiada ijma` tentang  dua puluh rakaat taroweh. Untuk hadis yang menerangkan bahwa di masa Umar salat taroweh hanya sebelas rakaat lebih sahih dan cocok dengan hadis sahih yang diriwayatkan Aisyah
Imam Malik meriwayatkan dalam kitab al Muwattho` dari Assa`ib bin Yazid ra berkata:
" أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيْمًا الدَّارِيَ أَنْ يَقُوْمَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً قَالَ: وَكَانَ اْلقَارِئُ يَقْرَأُ بِاْلمِئِيْنَ حَتَّى كُنَّا نَعْتَمِدُ عَلَى اْلعِصِيِّ مِنْ طُوْلِ اْلقِيَامِ وَمَاكُنَّا نَنْصَرِفُ ِإلاَّ فِي بُزُوْغِ اْلفَجْرِ "
Umar bin Al Khotthob memerintah Ubayyi bin Ka`ab dan Tamim Addari  untuk melakukan salat taroweh sebelas rakaat. seorang imam membaca seratus ayat  sampai kami bersandar dengan tongkat – tongkat. Dan  kita baru selesai ketika fajar terbit.
 Rasulullah SAW selalu melakukan salat malam sebelas rakaat selama hidupnya sebagai dalil bahwa salat malam itu bukan salat sunat mutlak sebagaimana di katakan kebanyakan ulama`. Jadi posisinya sama dengan salat rawatib dan  salat kusuf [1]
Saya tidak menjumpai riwayat yang sahih  tentang Ali bin Abi Thalib menjalankan tarawih dua puluh rakaat kecuali  lemah 

Baca lagi  di www.mantankyainu2.blogspot.com


[1]  Tamamul minnah 252/1






Artikel Terkait

4 komentar:

  1. Salat sunah kok ribet, sebelas rakaat kalau ikhlas ya baik........... 22 rakaat kalau ikhlas yabaik............bagi yang suka ngomong ini pada ngejalanin gak ya..............

    BalasHapus
  2. tidak perlu dipermasalahkan karena perbedaan itu rakhmat

    BalasHapus
  3. yang sebelas silahkan
    yang dua puluh tiga silahkan
    masing masing punya dasar
    perbedaan semoga jadi rakhmat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan katakan dua puluh yang benar, lalu yang sebelas salah, katakan dg jujur. Sebelas rakaat hadisnya sahih, dan yang 20 tiada dalilnya yang sahih

      Hapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan