Jumat, Desember 03, 2010

Kelemahan hadis tentang salat dihisap pertama kali

Oleh mantan kiyai NU Mahrus ali



Tidak benar masalah salat yang pokok dlm hisap

Banyak orang yang mengatakan bahwa masalah lain itu tidak begitu penting sebab bila salat telah di jalankan dengan sempurna maka akan masuk surga dan hisap berjalan dengan lancar. Hal itu di landasi hadis sbb :
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
Sesungguhnya amal perbuatan seseorang yang di hisap pertama kali di hari Kiamat adalah salatnya . Bila baik , sungguh bahagia dan sukses . Bila rusak , sungguh sia - sia dan rugi . Bila ada kekurangan dalam salat wajibnya , maka Tuhan Azza wajal berfirman : “ Apakah hambaKu punya salat sunah , lalu digunakan untuk menyempurnakan kekurangan salat wajib , dan amal perbuatan yang lain ikut saja .
Hr Tirmidzi /Salat /413,Ibnu Majah /Iqamatussholah /1425, 1426. Ahmad Baqi musnad muktsirin /9210. Tafsir Qurthubi 332/5,11/124. Addurul mantsur 705/1,709/1. Tafsir Saalibi 4/2. Syekh nasiruddin Al bani menyatakan sahih .
Bahkan di tempat lain beliau menyatakan , sahih li ghoirih

رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ غََرِيْبٌ
Imam Tirmidzi dan lainnya meriwayatkannya , dan beliau berkata : Ia hadis hasan nyeleneh.

Syaikh Ahmad Assyirbasi menyatakan :
وَرَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِي وَابْنُ مَاجَة وَغَيْرُهُمْ وَهُوَ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ كَمَا قَالَ اْلأَلْبَانِي فِي صَحِيْحِ سُنَنِ التِّرْمِذِيِّ 1/130
Hadis tsb di riwayatkan oleh Ahmad , Abu dawud , Nasai , Ibn Majah d;; . ia hadis sahih sebagaimana di katakan oleh al albani dalam sahih Sunan Tirmidzi . 130/1

Komentar penulis buku :
Namun seluruh jalurnya lewat Hammam yang suka keliru dalam meriwayatkan hadis . dan Hammam sendiri meragukan tentang amal perbuatan sunat bisa mengesahkan perbuatan wajib yang kurang . Dan Imam Nasai sendiri berkata :
قَالَ هَمَّامٌ لاَ أَدْرِي هَذَا مِنْ كَلاَم ِقَتَادَةَ أَوْ مِنَ الرِّوَايَةِ وَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْئًا قَالَ اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلُ مَا نَقَصَ مِنَ اْلفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى نَحْوِ مِنْ ذَلِكَ
Hammam bilang : Aku tidak tahu apakah perkataan di bawah ini termasuk perkataan Qatadah atau termasuk hadis .
Bila ada kekurangan dalam salat wajibnya , maka Tuhan Azza wajal berfirman : “ Apakah hambaKu punya salat sunah , lalu digunakan untuk menyempurnakan kekurangan salat wajib , dan amal perbuatan yang lain ikut saja .

Komentar penulis buku :
Kalimat yang menyatakan bila amaliah wajib berkurang bisa di lengkapi dengan amaliah sunat meragukan sekali dan tidak layak di lakukan seperti itu . Amal wajib bila berkurang tidak sah dan harus di lakukan sebagaimana tuntunan . Bila tidak sah , lalu di maafkan , dan bisa di lengkapi dengan amal sunat maka perlu dalil yang kuat . dan tiada dalilnya dalam masalah ini . lebih baik diam saja , dan tidak usah memberikan komentar seperti itu .

Sanadnya sbb :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ نَصْرِ بْنِ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ حَمَّادٍ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ قَالَ حَدَّثَنِي قَتَادَةُ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ حُرَيْثِ بْنِ قَبِيصَةَ
Bercerita kepada kami Ali bin Nashr bin Ali al jahdhomi , lalu berkata : Bercerita kepada kami Sahl bin Hammad , lalu berkata : Bercerita kepada kami Hammam , lalu berkata : Bercerita kepada ku Qatadah dari Al Hasan dari Huraits bin Qabishah .
Muhammad Abd rahman bin Abd Rahim Al Mubarkafuri berkata :
وَالْمَشْهُورُ هُوَ قَبِيصَةُ بْنُ حُرَيْثٍ ، وَذَكَرَهُ اِبْنُ حِبَّانَ فِي الثِّقَاتِ وَقَالَ مَاتَ فِي طَاعُونِ الْجَارِفِ سَنَةَ 167 سَبْعٍ وَسِتِّينَ وَمِائَةٍ . قَالَ الْحَافِظُ : وَجَهِلَهُ اِبْنُ الْقَطَّانِ ، وَقَالَ النَّسَائِيُّ لَا يَصِحُّ حَدِيثُهُ ، وَذَكَرَ أَبُو الْعَرَبِ التَّمِيمِيُّ أَنَّ أَبَا الْحَسَنِ الْعِجْلِيَّ قَالَ : قَبِيصَةُ بْنُ حُرَيْثٍ تَابِعِيٌّ ثِقَةٌ ، وَأَفْرَطَ اِبْنُ حَزْمٍ فَقَالَ ضَعِيفٌ مَطْرُوحٌ اِنْتَهَى .

Yang populer , perawinya adalah Qabishah bin Huraits ( bukan Huraits bin Qabishah ) . Ibnu Hibban mencantumkannya dalam kitab Tsiqat ( kitab husus untuk perawi – perawi yang terpercaya ) , lalu berkata : Dia meninggal dunia karena penyakit sampar / pes di al jarif pada tahun 167 tahun 167 H .
Al Hafudh Ibn Hajar berkata : Ibn al Qatthan tidak mengenalnya ( Dia majhul ) .
Nasa`I berkata : Hadisnya tidak sahih .
Abul arab attamimi menyatakan : Sesungguhnya Abul Hasan al Ijli menyatakan : Qabishah bin Huraits adalah tabiin yang terpercaya .
Ibn Hazem bertindak berlebihan ;lalu berkata : Dia lemah yang di tinggalkan .

Dalam kitab Lu`lu` wal marjan di terangkan sbb :
بَابُ الْمُجَازَاةِ بِالدِّمَاءِ فِي اْلآخِرَةِ، وَأَنَّهَا أَوَّلُ مَا يُقْضَى فِيْهِ بَيْنَ النَّاسِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ

Bab pembalasan darah di akhirat dan kasus yang pertama kali disidangkan pada hari kiamat adalah kasus tersebut
1093‏- حَدِيْثُ ‏ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ‏، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوَّلُ مَا يُقْضى بَيْنَ النَّاسِ بِالدِّمَاءِ
أَخْرَجَهُ اْلبُخَارِيّ فِي : 81 كِتَابُ الرِّقَاقِ : 48 بَابُ اْلقِصَاصِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
1093. Abdullah ibnu Mas’ud ra menuturkan: “Nabi saw bersabda: “Kasus yang pertama kali disidangkan pada hari kiamat adalah kasus pertumpahan darah.” (Bukhari, 81, Kitabur Ruqaq, 48, Bab Qisas pada hari kiamat)
Allu`lu` wal marjan 524/1 saya tidak menjumpai komentar syekh Muhammad Nasiruddin al albani tentang hadis tsb di kitab – kitab karyanya, begitu juga komentar ulama dalam kitab – kitab takhrij lainnya. Saya tidak menjumpainya dengan redaksi tsb kecuali di kitab sahih Bukhori dan Allu`lu` wal marjan
Tapi dengan redaksi lain, Al albani menyatakan : Hasan sahih , sahih Ibn Majah 2615

Sayang sekali , hadis tsb belum tentu sabda Rasulullah SAW seperti itu , karena sebagian perawinya menyatakan itu sekedar perkataan Al a`masy dan bukan Rasulullah SAW.
Seolah dengan tuntasnya masalah salat dengan baik lalu masalah lainnya tidak di hisap lagi atau masalah pembunuhan telah di hisap lalu masuk surga . ini kekeliruan pemahaman yang harus di buang dan tidak boleh di ajarkan kepada anak , istri atau masyarakat dan termasuk virus akidah yang buruk sekali .
Kita hanya kembali kepada ayat :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. Ayat tsb dalil yang nyata dalammasalah diatas .
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.

Ingat ! Berilah komentar dengan mengkelik slect profile , lalu pilih anonymous , lalu tulis namamu dlm kolom komentar , lalu tulis komentar apa yang anda inginkan dan pakailah bahasa yang baik jangan kotor

Salat tanpa alas

Oleh mantan kiyai NU Mahrus ali

Salat tanpa alas


Disini kami mengajak untuk melakukan salat diatas tanah bukan di keramik atau karpet karena tuntunannya begitu. Rasulullah saw bersabda :
حَيْثُمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ وَالْأَرْضُ لَكَ مَسْجِدٌ *
Dimana saja kamu menjumpai waktu salat telah tiba, salatlah dan bumi adalah tempat sujudmu Jadi bumi sebagai sarat sujud.
حَدِيثُ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شِدَّةِ الْحَرِّ فَإِذَا لَمْ يَسْتَطِعْ أَحَدُنَا أَنْ يُمَكِّنَ جَبْهَتَهُ مِنَ الْأَرْضِ بَسَطَ ثَوْبَهُ فَسَجَدَ عَلَيْهِ *
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: Kami melakukan salat bersama Rasulullah saw pada hari yang sangat panas. Sehingga tiada seorang pun dari kami yang dapat sujud ke bumi karena terlalu panas lalu dia meletakkan bajunya ke tanah dan sujud di atasnya Sebab tanah padang pasir amat panas, Rasulullah saw dan sahabat- sahabat yang besar tetap bersujud ke tanah sekalipun panas menyengat kulit.
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنِ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ قَامَ
Bila bangun dari sujud kedua, Rasulullah saw duduk lalu bertumpu ke tanah dan berdiri. Jadi tempat salat Rasulullah saw adalah tanah asli.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عليه وَسَلَّمَ قَرَأَ سُورَةَ النَّجْمِ فَسَجَدَ بِهَا فَمَا بَقِيَ أَحَدٌ مِنَ الْقَوْمِ إِلَّا سَجَدَ فَأَخَذَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ كَفًّا مِنْ حَصًى أَوْ تُرَابٍ فَرَفَعَهُ إِلَى وَجْهِهِ وَقَالَ يَكْفِينِي هَذَا قَالَ عَبْدُاللَّهِ فَلَقَدْ رَأَيْتُهُ بَعْدُ قُتِلَ كَافِرًا *
Rasulullah saw pernah membaca surat An Najem lalu bersujud. Seluruh orang sama bersujud tiada yang ketinggalan, Lantas seorang lelaki mengambil segenggam krikil atau debu, lalu di angkat ke wajahnya seraya berkata :” Aku cukup melakukan ini “. Abdullah ra berkata : “ Setelah itu kulihat dia terbunuh dalam keadaan kafir . Orang kafir itu enggan sujud ke tanah.

Ingat ! Berilah komentar dengan mengkelik slect profile , lalu pilih anonymous , lalu tulis namamu dlm kolom komentar , lalu tulis komentar apa yang anda inginkan dan pakailah bahasa yang baik jangan kotor . Hub : 03192153325 Email .Darulqurani@yahoo.co.id
 

Kekeliruan takbir salat Idul fitri atau Adha.

Oleh mantan kiyai NU Mahrus ali
Takbir salat Id





Ada ajaran tradisional salat Id sbb:
Bertakbir tujuh kali untuk rakaat pertama dan rakaat kedua bertakbir lima kali . Seluruhnya dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap. Tiap selesai takbir , tangan disedekapkan lalu membaca:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Lantas membaca fatihah dan surat lalu rukuk , sujud sebagaimana biasa. Takbir tujuh kali itu hanya berlandaskan hadis lemah sbb:

23841 حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ عُقَيْلٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّىالله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُكَبِّرُ فِي الْعِيدَيْنِ سَبْعًا وَخَمْسًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ *
Aisyah berkata : Rasulullah saw bertakbir dalam salat dua Id tujuh kali dan lima kali sebelum membaca Fatihah . Ahmad 23841 ,lemah karena perawi bernama Ibnu Lahi`ah yang hafalannya kabur karena tulisan – tulisannya terbakar .Ia juga di riwayatkan oleh Ibnu Majah no 1379 tapi lemah karena perawi bernama Muhammad bin Kholid yang sering keliru dan Katsir bin Abdillah bin Amar yang lemah . Ibnu Majah meriwayatkan lagi dalam nomer 1280 tapi lemah karena perawi bernama Ibnu lahi`ah yang sering kabur hafalannya setelah tulisan – tulisannya terbakar. Ia juga di riwayatkan oleh Tirmidzi 536, tapi lemah karena perawi bernama Katsir bin Abdillah yang lemah , bahkan ada yang mengatakan bohong .
Dalam kitab Syarah ma`anil aatsar di jelaskan, hadis tersebut diriwayatkan oleh Abdullah bin Abd Rahman yang tidak bisa di buat pegangan. Sedang hadis Ibnu lahi`ah jelas kacau matannya . tentang hadis Ibnu Umar dari Abdullah bin Amir adalah lemah.
Ibnul Qatthan berkata: Hadis lemah tsb di riwayatkan olehTirmidzi, sedang hadis Ibnu Majah lemah karena perawi bernama Abd rahman bin Sa`ad dan ayahnya juga tidak di kenal. Sedang hadis Daroquthni sebagaimana di katakan oleh Zaila`I lemah karena perawi bernama Abdullah bin Muhammad yang menurut Ibnu Ma`in dan Dzahabi adalah lemah. Imam Ahmad berkata : Tiada hadis yang sahih tentang takbir salat Id. Karena itu , para ulama` berbeda pendapat tentang jumlah takbir id menjadi sepuluh macam
Perawi Tirmidzi bernama Katsir bin Abdillah menurut Abu dawud dan Imam Syafi`I adalah pembohong . Ibnu Hibban berkata : “ Dia juga meriwayatkan hadis palsu “
Imam Bukhori , Muslim , Imam Ahmad dan nasai tidak meriwayatkan hadis tsb, juga tidak kenal kepadanya.
قَالَ ابْنُ اْلقَطَّانِ قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَل ليَْسَ فِي تَكْبِيْرِ اْلعِيْدَيْنِ عَنِ النَّبِي حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ
Ibnul Qatthan berkata : Imam Ahmad berkata: tetang takbir dua id tiad a hadis sahihnya.
Saya katakan : Seluruh jalurnya lemah
Saya katakan : Karena rujukan dari hadis sahihnya tidak ditemukan.

وَقَالَ عَطَاءٌ وَالشَّافِعِي وَأَحْمَدُ يُسْتَحَبُّ بَيْنَ كُلِّ تَكْبِيْرَتَيْنِ ذِكْرُ الله تعالى
Atho` , Syafii dan Imam Ahmad berkata: Di sunatkan antara dua takbir membaca dzikir kepada Allah.
Saya katakan : Apakah bacaan dzikir tsb dan harus ada keterangan bahwa Rasulullah SAW membacanya. Ternyata mereka tidak membawakan dalil. Jadi tiada hadis yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW saat itu membaca dzikir. Boleh jadi karena takbir tujuh kali itu tiada tuntunannya dari hadis sahih.

Dua rakaat salat Id sebagaimana dua rakaat salat sunah dengan menggunakan sekali takbir. Saya menjumpai banyak hadis tentang salat Id yang muttafaq alaih atau yang sahih dan tidak ada keterangan takbir tujuh kali untuk rakaat pertama dan takbir lima kali untuk rakaat kedua.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَكُلُّهُمْ كَانُوا يُصَلُّونَ قَبْلَ الْخُطْبَةِ
Dari Ibnu Abbas ra berkata: Aku mendatangi salat id bersama Rasulullah SAW , Abu bakar , Umar , Usman . Seluruhnya melakukan salat Id sebelum hutbah.
وَقَالَ عِكْرِمَةُ أَهْلُ السَّوَادِ يَجْتَمِعُونَ فِي الْعِيدِ يُصَلُّونَ رَكْعَتَيْنِ كَمَا يَصْنَعُ الْإِمَامُ
Ikrimah berkata: Kebanyakan orang berkumpul waktu Id untuk melakukan salat dua rakaat sebagaimana dilakukan oleh Imam.
وَقَالَ عَطَاءٌ إِذَا فَاتَهُ الْعِيدُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
Imam Atho` berkata: Bila telah ketinggalan salat Id , maka salat dua rakaat
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عِيدٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلُ وَلَا بَعْدُ
Dari Ibnu Abbas ra berkata: Pada hari Id , Rasulullah SAW keluar lalu melakukan salat dua rakaat. Sebelum dan sesudahnya beliau tidak melakukan salat apapun .

Jundub berkata:
شَهِدْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى يَوْمَ عِيدٍ ثُمَّ خَطَبَ
Saya menyaksikan Nabi SAW melakukan salat pada hari Id , lalu berhutbah
Hadis Ibnu Abbas dan Jundub itu tidak ada keterangan takbir tujuh kali atau lima kali. Dan hadis – hadis tsb sahih sekali , melebihi hadis takbir tujuh kali dalam salat Id.

Ingat ! Berilah komentar dengan mengkelik slect profile , lalu pilih anonymous , lalu tulis namamu dlm kolom komentar , lalu tulis komentar apa yang anda inginkan dan pakailah bahasa yang baik jangan kotor . Hub : 03192153325 Email .Darulqurani@yahoo.co.id atau dengarkan cd pengajianku, jumlahnya  35 keping

kelemahan hadis tentang puasa arofah

Di tulis oleh H Mahrus ali 
Puasa Arofah .

Imam Muslim meriwayatkan hadis sbb :
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Rasulullah SAW di tanya tentang puasa Arofah , lalu beliau bersabda : Ia bisa menghapus dosa tahun lalu dan tahun sesudahnya . HR Muslim 1977.
Sanadnya sbb :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ غَيْلَانَ بْنِ جَرِيرٍ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيَّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِهِ
Bercerita kepada kami Muhammad bin Al mutsanna dan Muhammad bin Bassyar . redaksi hadis milik Al Mutsanna , mereka berkata : Bercerita kepada kami Muhammad bin Ja`far lalu berkata : Bercerita kepada kami Syu`bah bin Ghoilan bin Jarir yang mendengar hadis Abdullah bin Ma`bad az zamani dari Abu Qatadah ….

قَالَ اْلحَافِظُ فِى "تَهْذِيْبِ التَّهْذِيْبِ" 6/40 :
وَ قَالَ اْلبُخَارِى : لاَ يُعْرَفُ سَمَاعُهُ مِنْ أَبِى قَتَادَةَ
Imam al hafidh ( Ibnu hajar ) dalam kitab Tahdzibut tahdzib 40/6 berkata :
Imam Bukhari berkata : Abdullah bin Ma`bad azzamani tidak di kenal mendengar hadis dari Abu qatadah.
Jadi hadis tsb menurut BUkhari lemah sekali .

24 - وَسَأَلْتُهُ عَنْ حَدِيْثِ مُجَاهِدٍ عَنْ أَبِى قَتَادَةَ ، وَعَنْ أَبِى الْخَلِيْلِ ، حَدِيْثَ الثَّوْرِي فِي فَضْلِ صَوْمِ عَرَفَة ؟
Saya ( Al barqani ) bertanya kepada Imam Daroquthni tentang hadis Mujahid dari Abu Qatadah dan dari Abul khalil tentang hadis Tsauri temtang keutamaan puasa Arofah .
فَقَالَ : لاَ يَصِحُّ ، وَهُوَ كَثِيْرُ الاِضْطِرَابِ ، مَرَّةً يَقُوْلُ ذَا ، وَمَرَّةً يَقُوْلُ ذَا ، لا َيَثْبُتُ.
Lalu Imam Daroquthni menjawab : Lemah , dia kacau redaksinya . Kadang berkata begini , kadang begini ……………. Tidak tetap , tidak mantap hapalannya.
Jadi landasan untuk puasa Arofah tiada lagi kecuali hadis lemah itu. Dan Imam Daroquthni menyatakan hadis tsb lemah.

Bukti Rasulullah SAW tidak berpuasa di hari Arofah hadis sbb :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي النَّضْرِ عَنْ عُمَيْرٍ مَوْلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلْتُ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ بِعَرَفَةَ فَشَرِبَهُ
Dari Ummul fadhel bintil harits berkata : Sesungguhnya orang – orang sama berbantahan di sisinya tentang puasa Rasulullah SAW pada hari Arofah . Sebagian mereka berkata : Beliau lagi puasa . Sebagian lain berkata : Beliau tidak puasa. Lantas Ummul fadhel mengirimkan bejana berisikan susu , lalu Rasulullah SAW meminumnya dan saat itu beliau lagi wukuf di Arofah .
Muttafaq alaih ( Bukhari 1988 Muslim 1123 ) . lihat pula dlm kitab Ibn Jauzi wajuhuduhu 378/2.
قَالَ اْلعُقَيْلِي: "وَقَدْ رُوَِِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَسَانِيْدَ جِيَادٍ أَنَّهُ لَمْ يََصُمْ
Al Uqailiberkata : Sungguh telah di riwayatkan dengan sanad – sanad yang bagus bahwa Rasulullah SAW tidak berpuasa dalam hari Arofah .

Saya sendiri juga belum menjumpai Rasulullah SAW melakukan puasa Arofah baik sewaktu di rumah atau di perjalanan . haji atau lainnya dalam hadis – hadis yang sahih. Lalu hadis mana yang saya gunakan untuk menyatakan bahwa Rasulullah SAW dan para sahabatnya melakukan puasa arofah. Sampai kini saya tidak menjumpainya.

Saya juga menjumpai hadis yang menerangkan pernyataan Ibnu Umar dan kesaksiannya bahwa Rasulullah SAW dan para khulafaur rasyidin juga tidak menjalankan puasa Arofah . Lihat hadis sbb :

751 - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ وَإِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سُئِلَ ابْنُ عُمَرَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَةَ فَقَالَ حَجَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ عُمَرَ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ عُثْمَانَ فَلَمْ يَصُمْهُ وَأَنَا لَا أَصُومُهُ وَلَا آمُرُ بِهِ وَلَا أَنْهَى عَنْهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
Ibn Umar di tanya tentang puasa Arofah di Arofah , lalu beliau menjawab : Aku melakukan haji bersama Nabi, lalu beliau tidak berpuasa di hari itu . Juga bersama Abu bakar , dan beliau juga tidak melakukannya . Juga bersama Umar , dan beliau juga tidak melakukannya . Juga bersama Usman dan beliau tidak menjalankannya . Saya sendiri tidak melakukannya , aku tidak memerintah dan aku juga tidak melarangnya . Imam Tirmidzi ( Abu Isa berkata : Ini hadis hasan.

Hadis tsb di cantumkan dalam kitab al musnad al jami` 7666, Ahmad 5080 Darimi 1765 . Tirmidzi 751. Nasai 2839 .
Dalam website PBNU terdapat keterangan sbb :
Adapun tentang keutamaan berpuasa hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah didasarkan pada hadits berikut ini:
صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً وَصَوْمُ عَاشُوْرَاَء يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً
“Puasa hari Arafah menebus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang dan puasa Asyura (10 Muharram) menebus dosa setahun yang telah lewat.” (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah)
KH A Ghazalie Masroeri
Ketua Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU)
Komentarku : KH A Ghazali juga tidak menyatakan hadis tsb sahih dan beliau hanya menyatakan dasar puasa Arofah dengan hadis tsb yang sekarang telah di ketahui kelemahannya . Bila ada hadis lain yang sahih yang tidak bisa di bantah lagi , maka saya akan puas dan bisa di terima sebagai dalil.

Dalam http://dhiyary.wordpress.com/2008/04/11/fadhilat-puasa-hari-arafah/

Ust.Dhirari menyatakan :
Hari Arafah merupakan hari yang mempunanyai kelebihan tersendiri. Jika para jemaah haji diwajibkan berada di padang Arafah untuk wuquf di sana, kita yang tidak berkesempatan untuk menunaikan haji dianjurkan untuk berpuasa pada hari ini. Kedatangannya setahun sekali ini janganlah disia-siakan. Kita juga dianjurkan untuk berzikir dan berdoa kepada Allah pada hari ini. Di sini dipetik beberapa buah hadis untuk renungan kita bersama.
Daripada Abi Qatadah al-Ansari bahawa Rasulullah S.A.W telah ditanya mengenai puasa hari Arafah? maka jawab Rasulullah S.A.W yang artinya : Dikaffarah(ampun dosa) setahun lalu dan setahun akan datang.
- Hadis isnad sohih dikeluarkan oleh imam Muslim, Tarmizi, Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi –
Komentarku : Masih tidak janggal lagi bahwa hadis tsb lemah menurut Imam Bukhari dan Daroquthni dengan alasan yang tepat tadi. Dan secara kenyataan para sahabat dan Rasulullah SAW tidak menjalankan puasa Arofah.
Ust.Dhirari menyampaikan hadis lagi sbb :
Daripada Sayyidatina ‘Aisyah telah berkata : Tiada dari hari dalam setahun aku berpuasa lebih aku gemari daripada hari Arafah.
- Hadis isnad sohih dikeluarkan oleh Ibnu Abu Syaibah dan Baihaqi-

Komentarku : Arabnya sbb :
(4) حَدَّثَنَا غُنْدُرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ أَبِي قَيْسٍ عَنْ هُزَيْلٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا مِنَ السَّنَةِ يَوْمٌ أًحَبُّ إِلَيَّ أَنْ أَصُوْمَهُ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ.
Ghundur bercerita kepada kami dari Syu`bah dari Abu Qais dari Huzail dari Aisyah berkata : Tiada hari dalam setahun yang lebih kusenangi untuk berpuasa di dalamnya selain hari Arofah . Hr Ibnu Abi Syaibah 508/2
Komentarku :Lemah sekali , karena sanadnya terputus antara Aisyah dan Huzail di mana Aisyah tidak punya murid bernama Huzail . Lihat dalam sanad al baihaqi sbb :

4 - أَخْبَرَنَا أَبُو طَاهِرٍ اْلفَقِيْهُ ، أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ الْقَطَّانُ ، حَدَّثَنَا إِبْراَهِيْمُ بْنُ الْحَارِثِ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ ، حَدّثَنَا شُعْبَةُ ، عَنْ أَبِي قَيْسٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ هُزَيْلاً ، يُحَدِّثُ عَنْ مَسْرُوْقٍ ، عَنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ : « مَا مِنْ يَوْمٍ مِنَ السَّنَةِ أَصُوْمُهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ »
Abu Thahir al faqih bercerita kepada kami , lalu berkata : Abu bakar al Qatthan bercerita kepada kami , lalu berkata : Ibrahim bin Al Harits bercerita kepada kami , lalu berkata : Yahya bin Abu Bukair bercerita kepada kami , lalu berkata : Syu`bah bercerita kepada kami dari Abu Qais berkata : Aku mendengar Huzail bercerita dari masruq dari Aisyah berkata : ……………………..( sebagaimana hadis di atas ) .
Daripada Anas bin Malik telah berkata : Adalah dikatakan pada hari-hari sepuluh setiap hari(menyamai) seribu hari, hari Arafah(menyamai) sepuluh ribu. ….Telah berkata imam Baihaqi yaitu pada kelebihan.
- Hadis isnad hasan dikeluarkan oleh imam Baihaqi dan disebut oleh imam Sayuti-

Komentarku :
Saya tidak mengetahui kisah pernyataan Aisyah itu kecuali dalam dua kitab . Anehnya banyak kitab – kitab hadis , sarah hadis , fatawa dll ternyata tidak mencantumkan pernyataan Aisyah itu . Saya hanya menjumpai dalam dua kitab mushannaf ibnu Abi Syaibah dan Sunan baihaqi . Bila kisah itu benar , mesti banyak ulama yang mencantumkannya dalam kitab karya mereka . Sungguhpun demikian , bila benar begitu , hakekatnya hanya pernyataan Aisyah yang bukan seorang nabi atau Rasul. Bila salah , maka sudah di maklumi , Aisyah juga bukan nabi tapi manusia belaka yang mungkin berpendapat benar , juga mungkin keliru sebagaimana di katakan oleh Imam Malik .
مَا مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَهُوَ مَأْخُوْذٌ مِنْ كَلاَمِهِ وَمَرْدُوْدٌ عَلَيْهِ إِلاَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Setiap orang , perkataannya boleh di ambil atau di tolak kecuali Rasulullah SAW. Majalah majma` fikih al islami 746 / 11
Rasulullah SAW tidak pernah melakukan puasa Arofah lalu bagaimana Aisyah bisa berkata seperti itu . Ternyata dalam sanad kisah Aisyah itu terdapat titik lemah yaitu pada perawi bernama Huzail sbb:
وَ قَالَ أَبُو حَاتِمٍ : لَيْسَ بِقَوِىٍّ ، هُوَ قَلِيْلُ الْحَدِيْثِ ، وَ لَيْسَ بِحَافِظٍ ، قِيْلَ لَهُ : كَيْفَ حِدِيْثُهُ ؟ فَقَالَ : صَالِحٌ هُوَ ، لَيِّنُ الْحَدِيْثِ .
Abu Hatim berkata : Huzail – perawi kisah pernyataan Aisyah itu – tidak kuat ,hadis riwayatnya sedikit , bukan hafidh . Di katakan kepada Abu hatim , bagaimana hadis riwayatnya ? Beliau menjawab : Baik tapi dia lemah hadisnya . Mausuah ruwatil hadis 3823.
Jadi perawi tsb lemah . dan kisah Aisyah itu juga lemah.

Dalam http://www.almanhaj.or.id/content/2303/slash/0 terdapat keterangan sbb :

[2]. Puasa pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) adalah hukumnya sunat sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini.

“Artinya : … Dan puasa pada hari Arafah –aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram) –aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu”.

[Shahih riwayat Imam Muslim (3/168), Abu Dawud (no. 2425), Ahmad (5/297, 308, 311), Baihaqi (4/286) dan lain-lain]

Kata ulama : Dosa-dosa yang dihapuskan di sini adalah dosa-dosa yang kecil. Wallahu a’lam!

[Disalin dari buku Al-Masaa’il (Masalah-Masalah Agama) Jilid 2, Penulis Abdul Hakim bin Amir Abdat, Penerbit Darul Qalam – Jakarta, Cetakan I, Th. 1423H/2002M]

Komentarku :

Kelemahan hadis tsb telah kita bahas di muka dan tidak usah di perbencangkan lagi . Kita membahas yang lain saja.

Dalam http://dien24.blogspot.com/2006/12/seputar-puasa-arafah.html terdapat keterangan sbb :
Seputar Puasa Arafah
Dari Syariah Online tentang Puasa Arafah & Hari Tasyrik
Semoga bermanfaat

Puasa Idul Adha : 2 hari Atau 1 Hari sih ?

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr. wb.
Pak Ustadz yang terhormat.... saya ada pertanyaan mengenai puasa sunah Idul Adha (walaupun sudah lewat)
Berapa hari Puasa Idul Adha yang di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW, soalnya seperti saya lihat ada yang 1 dan ada yang 2 (bila ada dengan dalilnya)
Wasalam..

Jaya

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d
Yang kami dapati dalilnya adalah puasa sunnah pada tanggal 9 Zulhijjah dan lainnya adalah puasa 8 hari pertama bulan Zulhijjah, yaitu dari tanggal 1 hingga tanggal 8.

Dalil puasa tanggal 9 Zulhijjah atau yang dikenal puasa Arafah itu adalah sabda Rasulullah SAW :
Puasa hari Arafah itu �ahtasibu alallah- bahwa dia itu menggugurkan dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya (HR. Muslim)

Sedangkan dalil puasa 8 hari bulan Zulhijjah adalah sebagai berikut :
Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW: [1] Puasa hari Asyura, [2] Puasa 1-8 zulhijjah, [3] 3 hari tiap bulan dan [4] dua rakaat sebelum fajar. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai).
Komentarku :
Arabnya sbb :
- ( عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ : { أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صِيَامُ عَاشُورَاءَ ، وَالْعَشْرِ ، وَثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَالرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ } .رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ ) .
Hadis tsb lemah kata Al albani dalam kitab Mukhtashorul irwa` 184/1
Ustadz dalam website dien24.blogspot.com membawakan dalil lagi sbb :
Dari Ibni Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,�Tidak ada amal yang lebih dicintai Allah dari hari ini, (yaitu 10 hari bulan Zulhijjah)�. Mereka bertanya,�Ya Rasulullah SAW, dibandingkan dengan jihad fi sabilillah ?�. �Meskipun dibandingkan dengan jihad fi sabililllah��. (HR. Jamaah keculai muslim dan Nasai � Lihat Nailul Authar : 3/312).
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Komentarku :
Arabnya sbb :
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُسْلِمٍ هُوَ الْبَطِينُ وَهُوَ ابْنُ أَبِي عِمْرَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَجَابِرٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ

Komentarku :
Al albani menyatakan hadis tsb riwayat Bukhari 246./ 1 Abu Dawud 2438 , Tirmidzi 145/1 Darimi 25/2 Ibn Majah 1727 , Baihaqi 284/4 Thayalisi 2631 Ahmad 346/1 dari jalur al a`masy dari muslim al bathin dari Sa`id bin Jubair
Al bani menyatakan hadis tsb sahih , tapi Tirmidzi yang meriwayatkannya menyatakan hadis tsb nyeleneh.
Dari segi arti jelas salah . Puasa sepuluh dzulhijjah itu termasuk hari Idul adha . Pada hal berpuasa di dalamnya di haramkan . Komisi tetap fatwa ulama Saudi Arabia menyatakan sbb :

يَحْرُمُ صَوْمُ يَوْمَي اْلعِيْدَيْنِ وَلاَ يَجُوْزُ التَّسَحُّرُ بِنِيَّةِ الصِّيَامِ لَيْلَةَ عِيْدِ اْلفِطْرِ؛ ِلإِكْمَالِ ثَلاَثِيْنَ يَوْمًا؛ ِلماَ فِي الصَّحِيْحَيْنِ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: « هَذَانِ يَوْمَانِ نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صِيَامِهِمَا: يَوْمَ فِطْرِكُمْ مِنْ صِيَامِكُمْ، وَالْيَوْمُ الَّذِي تَأْكُلُوْنَ فِيْهِ مِنْ نُسُكِكُمْ » (1) .
Haram berpuasa dua hari Idul fitri dan adha . Dan tidak di perkenankan makan sahur dengan niat puasa pada malam Idul fitri untuk menyempurnakan tiga puluh hari . sebab ada hadis dalam sahih Bukhari dan Muslim dari Umar ra berkata :
Inilah dua hari yang Rasulullah SAW melarang berpuasa di dalamnya . Hari idul fitri dan idul adha. Muttafaq alaih
Bila di maksudkan puasa arofah yang merupakan amalan yang afdhol melebihi jihad maka bertentangan dengan hadis sahih sbb :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا فِي الْعَشْرِ قَطُّ
Dari Aisyah ra berkata : Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa pada sepuluh hari Dzul hijjah HR Muslim 98/6 Jadi Aisyah juga tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa tarwiyah atau AROFAH.
Hadis yg menyatakan amalan di sepuluh hari dzul hijjah lebih utama dari pada jihad , sudah tentu bertentangan dengan hadis sbb :
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى مِيقَاتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَسَكَتُّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Dari Abdullah bin Masud r.a katanya: Aku pernah bertanya Rasulullah s.a.w: Apakah amalan yang paling utama ? Baginda bersabda: Sembahyang pada waktunya. Aku bertanya lagi: Kemudian apa lagi ? Baginda bersabda: Berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa lagi ? Baginda bersabda: Berjuang pada jalan Allah. Kemudian aku tidak bertanya lagi semata-mata menjaga perasaan baginda
Dalam hadis terakhir ini ternyata melakukan amalan baik di sepuluh hari dzul hijjah tidak di cantumkan . Bila paling baik mesti akan di cantumkan di dalamnya.
Jadi hadis yang menjelaskan tentang amalan terbaik pada sepuluh hari Dzul hijjah itu sulit di pahami dan bertentangan dengan banyak hadis sahih , lalu bila masih di buat landasan akan membuang hadis sahih lainnya . Dan ini kekeliruan lagi .
Dalam ilmu mustholahul hadis di katakan :
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنٍ 0000000 مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ اْلفَنِّ0
Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.
Maksudnya hadis yang menyatakan amalan di sepuluh hari paling utama itu lemah .
Al Utsaimin menyatakan :
فَإِنْ أَمْكَنَ الْجَمْعُ فَلاَ اضْطِرَابَ، وَإِنْ أَمْكَنَ التَّرْجِيْحُ أَخَذْنَا بِالرَّاجِحِ وَلاَ اضْطِرَابَ0
Bila masih mungkin di ambil jalan tengah , maka tidak termasuk kacau redaksi hadis atau sanadnya . Bila bisa di ambil yang rajih , kita ambil yang rajih dan tidak ada kekacauan lagi
Dan hadis – hadis yang bertentangan tsb tidak bisa diambil jalan tengahnya jadi harus salah satunya.
Ingat ! Berilah komentar dengan mengkelik slect profile , lalu pilih anonymous , lalu tulis namamu dlm kolom komentar , lalu tulis komentar apa yang anda inginkan dan pakailah bahasa yang baik jangan kotor . Hub : 03192153325 Email .Darulqurani@yahoo.co.id atau dengarkan cd pengajianku, jumlahnya  35 keping